Buka Akses Kemitraan dan Penjualan TBS Petani lewat Sertifikat Minyak Sawit Berkelanjutan


Agricom.id, JAKARTA - Guntur Cahyo Prabowo dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mengungkapkan,  pihaknya mencoba untuk mensinergikan pengembangan praktik minyak sawit berkelanjutan di tingkat petani dengan pelaku usaha. Harapannya, cara tersebut bakal bisa membantu petani dalam memangkas rantai pasok perdagangan tandan buah segar (TBS) sawit, sehingga pembelian harga tingkat petani tidak dilakukan pihak ketiga (perantara) karena berdampak pada terpangkasnya harga.

Sebab itu dengan menerapkan skim berkelanjutan, petani bisa memiliki kesempatan untuk akses informasi dan penjualan langsung ke pabrik kelapa sawit. Kendati sertifikasi mungkin bukan satu-satunya jawaban atas masalah tersebut, namun sertifikasi minyak sawit berkelanjutan itu dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membuka akses untuk petani sawit swadaya, terutama akses terhadap kemitraan pengolahan TBS bersertifikat yang dihasilkan oleh petani swadaya. “Selain akses pasar, peluang dukungan peningkatan kapasitas dari pabrik dan pula pihak lain seperti pemerintah juga terbuka cukup lebar,” katanya dalam acara FGD Minyak Sawit Berkelanjutan: Diskusi Sawit Bagi Negeri Vol 4 dengan tema “Petani Butuh Keberlanjutan Harga CPO Naik” Kamis (26/9/2019) di Jakarta yang diadakan Media InfoSAWIT.

Hingga saat ini sudah ada sekitar 30 kelompok petani swadaya bersertifikat RSPO. Namun jika dibandingkan dengan jumlah total luas lahan yang dikelola oleh petani swadaya di Indonesia, pencapaian ini masih jauh. Untuk itu, sangat penting mengakselerasi implementasi standard minyak sawit berkelanjutan.

Sekadar catatan sampai saat ini sebanyak 20% dari total pasokan minyak sawit di dunia sudah tersertifikat minyak sawit berkelanjutan versi RSPO. 55% berasal dari minyak sawit berkelanjutan asal Indonesia. Sementara untuk jumlah petani sawit swadaya dan plasma yang tersertifikat mencapai 0,15% dari total minyak sawit berkelanjutan, Petani sawit swadaya berjumlah 3.371 petani, dan petani plasma sekitar 117.673 petani.

Menurut Guntur, masalah masih lambatnya penerimaan sertifikat minyak sawit berkelanjutan untuk petani karena terkait dengan biaya yang mesti dipenuhi untuk proses sertifikasi. “Sebab itu butuh pihak ketiga supaya bisa berjalan,” kata Guntur.

Sekadar catatan, produksi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) asal Indonesia per bulan Juni 2019 mencapai 7.819.243 ton, berasal dari sebanyak 195 pabrik kelapa sawit (PKS) bersertifikat. Angka itu belum memperhitungkan PKS independen. Volume CPO Indonesia bersertifikat RSPO per bulan Juni 2019 tersebut melonjak dibanding data per bulan Juni 2018 yang mencapai 6.372.147 ton. (A2)

 

Tentang Diskusi Sawit Bagi Negeri :

Diskusi Sawit Bagi Negeri merupakan diskusi interaktif para pemangku kepentingan usaha kelapa sawit secara nasional dengan menghadirkan para pembicara sebagai narasumber dari berbagai kalangan untuk memberikan gambaran utuh mengenai keberadaan minyak sawit. Diskusi ini bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai keberadaan dan kontribusi minyak sawit bagi negara, sosial, dan lingkungannya.

Diskusi Sawit Bagi Negeri mendapatkan dukungan pendanaan dari BPDP Kelapa Sawit, RSPO, dan SPKS dengan mitra strategis Media InfoSAWIT dan Palm Oil Magazine. Diskusi yang merangkul para pemangku kepentingan minyak sawit, seperti pemerintah, pelaku usaha, periset, organisasi, aktivis sosial dan lingkungan, serta pihak lainnya adalah untuk membangun minyak sawit Indonesia.

Apabila membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami, Ignatius Ery Kurniawan, melalui Handpone WA : 081284832789, e-mail: sawit.magazine@gmail.com

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP