Ilustrasi pelabuhan. Foto: Ist
AGRICOM, JAKARTA - Pada Februari 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 19,31 miliar. Nilai tersebut turun 5,79 persen dibanding ekspor Januari 2024 (MoM) dan turun 9,45 persen dari bulan yang sama tahun lalu (YoY). Ekspor nonmigas dan migas juga turun masing-masing sebesar 5,27 persen dan 12,93 persen (MoM).
Di tengah penurunan ekspor nonmigas pada Februari 2024, sektor pertambangan dan sektor pertanian menjadi sektor-sektor yang ekspornya meningkat dengan kenaikan ekspor masing-masing sebesar 9,66 persen dan 5,37 persen (MoM).
Di sisi lain, pelemahan kinerja nilai ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2024 terjadi pada ekspor sektor industri pengolahan yang turun sebesar 9,22 persen (MoM). Penurunan tersebut terutama disebabkan turunnya sejumlah ekspor komoditas seperti besi dan baja sebesar 27,08 persen; lemak dan minyak hewan/nabati 22,44 persen; dan logam mulia, perhiasan/permata 20,32 persen.
Baca juga: Kementerian BUMN Diminta Bertindak Serius Dalam Masalah Pangan
Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan kinerja ekspor tersebut antara lain libur Imlek, Pemilihan Umum, dan fluktuasi harga komoditas internasional. Sementara itu, Harga Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional naik 1,42 persen pada Februari 2024, sedangkan harga bijih besi justru turun 8,42 persen dan emas turun 0,46 persen (MoM).
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang turun terdalam pada Februari 2024 antara lain besi dan baja (HS 72) dengan penurunan sebesar 27,08 persen; ikan dan udang (HS 03) 22,63 persen; lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 22,44 persen; logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) 20,32 persen; serta tembakau dan rokok (HS 24) 15,31 persen (MoM).
Impor Turun pada Februari 2024
Nilai impor Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar USD 18,44 miliar, turun 0,29 persen dibanding Januari 2024 (MoM), namun naik 15,84 persen dari Februari 2023 (YoY). Penurunan kinerja impor di Februari 2024 disebabkan turunnya impor nonmigas sebesar 2,12 persen (MoM) dan naiknya impor migas sebesar 10,42 persen (MoM).
Berdasarkan golongan penggunaan barang, penurunan impor pada Februari 2024 dipicu turunnya impor bahan baku/penolong sebesar 1,28 persen (MoM). Sementara itu, impor barang konsumsi naik 5,05 persen dan barang modal naik 0,44 persen (MoM). Beberapa produk impor barang konsumsi yang meningkat pada Februari 2024 di antaranya monitor, mesin pendingin udara (AC), beras, mobil listrik, dan senjata.
Baca juga: Perkuat Inovasi Digital, Asian Agri dan Apical Membentuk Masa Depan Berkelanjutan Industri Sawit
Peningkatan impor barang konsumsi pada Februari 2024, khususnya komoditas beras, bertujuan untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga dalam negeri menjelang Ramadan dan Idulfitri. Sedangkan, beberapa barang modal dengan kenaikan impor signifikan antara lain laptop, kapal pengangkut barang dan penumpang, mesin pembangkit Listrik, generator sinyal, dan automatic regulating or controlling instruments and apparatus.
“Penurunan impor bahan baku/penolong di Februari 2024 sejalan dengan menurunnya Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia sebesar 0,2 poin dari capaian Januari 2024 yang berada di level 52,9 menjadi 52,7. Meskipun kondisi manufaktur Indonesia masih berada pada zona ekspansif, Indonesia perlu mengantisipasi tren pelemahan perekonomian global dan perlambatan manufaktur di beberapa negara. Indonesia perlu ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama yang masih tumbuh kuat manufakturnya seperti India dengan PMI 56,7 dan AS dengan PMI 51,5,” kata Mendag. (A3)