Oleh : Ignatius Ery Kurniawan
AGRICOM, JAKARTA - Indonesia meraih posisi terdepan sebagai produsen terbesar beras di ASEAN. Keberhasilan menoreh prestasi besar akan produksi beras nasional yang bakal mencapai 34,6 juta ton atau naik 4,8% dari tahun sebelumnya. Besaran ini melampaui angka produksi negara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand yang sebelumnya selalu mendominasi.
Keberhasilan Indonesia meraih predikat produsen beras terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), merupakan capaian keberhasilan yang merujuk dari laporan Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) pada Rice Outlook yang dirilis April 2025 lalu. Keberhasilan ini, mampu mengungguli negara Vietnam yang menghasilkan produksi 26,5 juta ton dan negara Thailand yang mampu produksi sebesar 20,1 juta ton.
Capaian akan produksi beras terbesar ASEAN ini, bagi Indonesia bukanlah sekedar capaian angka semata, melainkan sebagai representasi dari transformasi besar yang dilakukan sektor pertanian nasional. Melalui Kementerian Pertanian RI, Menteri Andi Amran Sulaiman menegaskan, adanya lonjakan produksi ini, sepenuhnya bersumber dari hasil panen petani dalam negeri. Lantaran, kran impor beras medium sudah ditutup sejak awal tahun lalu.
"Kita bukan hanya swasembada, tapi telah menjadi kekuatan baru di ASEAN dalam produksi beras," ujar Mentan Amran, dikutip Agricom.id dari laman Kementan.
|
NO |
NEGARA |
TOTAL PRODUKSI (TON) |
|
1 |
Indonesia |
34,6 juta |
|
2 |
Vietnam |
26,95 juta |
|
3 |
Thailand |
20,55 juta |
|
4 |
Filipina |
12 juta |
|
5 |
Myanmar |
11,9 juta |
|
6 |
Kamboja |
8,47 juta |
|
7 |
Laos |
1,8 juta |
|
8 |
Malaysia |
1,7 juta |
|
Sumber: USDA, musim tanam 2024/2025 |
||
Selama ini, posisi produsen beras terbesar ASEAN selalu didampuk Vietnam dan Thailand, sehingga keberadaan Indonesia selalu dibawahnya. Terkini, Indonesia mampu meraih predikat sebagai produsen beras terbesar dengan produksi beras mencapai 34,6 juta ton, menurut laporan USDA pada musim tanam 2024-2025. Secara berturut-turut, Vietnam yang selama ini dikenal sebagai produsen utama di ASEAN kini berada di urutan kedua dengan 26,95 juta ton, disusul oleh Thailand dengan 20,55 juta ton, Filipina 12 juta ton, Myanmar 11,9 juta ton, Kamboja 8,47 juta ton, Laos 1,8 juta ton, dan Malaysia 1,750 juta ton. Kenaikan signifikan produksi Indonesia, menjadi pukulan bagi Thailand, yang pada kuartal I 2025 mengalami penurunan ekspor hingga 30% akibat tekanan pasokan dan permintaan regional yang bergeser.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan apresiasi khusus kepada Mentan Amran dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono. Dalam Rapat Kabinet, ia menyebut duet kepemimpinan ini berhasil mencetak sejarah baru di sektor pangan nasional. “Produksi beras dan jagung kita tahun ini meningkat besar. Ini bukan data semata, tapi terbukti langsung di lapangan,” tegas Presiden.
Jelasnya, kebijakan pro-petani telah menjadi motor akan keberhasilan ini. Pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (BULOG), telah menyerap gabah sebanyak 2.052.541 ton hingga 11 Mei 2025—rekor tertinggi dalam sejarah BULOG. Harga pembelian pemerintah (HPP) yang menguntungkan petani turut menciptakan ekosistem produksi yang sehat dan berkelanjutan.
Salah satu contoh keberhasilan datang dari Provinsi Sumatera Selatan, yang meningkatkan produksi beras dari 3 juta menjadi 4 juta ton atau naik 25%. Presiden juga menyoroti bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) kini mencapai 3,5 juta ton, dan diperkirakan naik menjadi 4 juta ton. Serapan dari petani tahun ini juga mencapai 1,88 juta ton—angka tertinggi sepanjang sejarah NKRI.
Meski bangga, Presiden tetap menekankan kewaspadaan terhadap faktor eksternal seperti perubahan iklim dan serangan hama. Ia juga memuji semangat kerja keras jajaran Kementan. “Menteri dan Wamen benar-benar turun ke lapangan. Saya cari, eh, ternyata ada di Kalimantan, di Jambi. Sudah hitam semua. Itu artinya mereka kerja sungguh-sungguh,” ujar Presiden disambut tawa hadirin.
PTPN Holding Terus Mendukung Kebijakan Pemerintah
Transformasi pertanian ini tidak hanya didukung oleh kebijakan pemerintah, tetapi juga oleh sinergi dengan dunia industri. PTPN Holding sebagai salah satu BUMN strategis, memperkuat komitmennya terhadap ketahanan pangan melalui kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Kerjasama ini mencakup pendidikan, penelitian, hingga pengabdian masyarakat.
Direktur Utama PTPN Holding, Mohammad Abdul Ghani, menegaskan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam membangun kemandirian pangan. "Negara yang kuat adalah negara yang mandiri dalam hal pangan. Kita tidak boleh lagi bergantung pada impor, terutama gula," tegas Ghani. PTPN juga siap mendorong swasembada gula dan pengembangan sawit.