AGRICOM, PALU – Bank Indonesia (BI) mendorong Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk mengoptimalkan potensi komoditas kakao sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi daerah. Tren harga kakao di pasar global yang terus meningkat menjadi peluang besar bagi daerah penghasil, termasuk Sulteng yang merupakan salah satu sentra utama kakao di Indonesia.
“Kakao merupakan komoditas subsektor perkebunan yang menjanjikan. Sulawesi Tengah memiliki peran penting dalam industri ini, sehingga peluang yang ada harus dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkuat perekonomian daerah di masa depan,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Rony Hartawan, dalam lokakarya pengembangan ekosistem kakao di Palu, Senin (4/8/2025).
Rony memaparkan, nilai perdagangan kakao global saat ini mencapai sekitar Rp162,2 triliun dengan nilai pasar mencapai Rp236 triliun. Produksi kakao Sulteng rata-rata mencapai 145 ribu ton per tahun, setara dengan 2,9% dari total produksi dunia. Untuk memperkuat daya saing, ia mendorong petani memperluas areal tanam baru dan melakukan peremajaan tanaman, mengingat sekitar 65% dari 300 ribu hektar kebun kakao di Sulteng sudah berusia lebih dari 25 tahun.
BACA JUGA:
- Kunjungi Puslitkoka Jember, BPDP Dorong Pengembangan Komoditas Kakao Melalui Dana Perkebunan
- Harga Referensi Biji Kakao Turun Tajam di Agustus, Apa Penyebabnya?
“Penguatan ketahanan kakao daerah tidak cukup hanya di tingkat petani. Perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah,” tegasnya dikutip Agricom.id dari Kabar Selebes.
Rony juga menyoroti rendahnya kontribusi kakao terhadap PDRB Sulteng yang hanya 1,16% karena minimnya hilirisasi, di mana sebagian besar kakao masih diekspor dalam bentuk biji mentah.
Wakil Gubernur Sulteng, Reny A. Lamadjido, menambahkan bahwa harga kakao yang sempat anjlok beberapa tahun lalu menjadi salah satu alasan sebagian petani beralih ke komoditas lain. Namun ia mengajak petani untuk tetap konsisten merawat tanaman, dan memastikan pemerintah provinsi akan memberikan dukungan melalui program Berani Makmur.
“Sektor pertanian dan perkebunan memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kami menargetkan PAD Sulteng pada tahun 2025 dapat mencapai Rp5,4 triliun,” ujarnya. (A3)