Heru Tri Widarto, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan saat melakukan tanam perdana bongkar ratoon di lahan milik Kelompok Tani Ngudimulyo, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, pada Selasa (22/10). Foto: Ditjenbun
AGRICOM, BANTUL – Pemerintah terus tancap gas menuju target swasembada gula nasional. Salah satu langkah nyatanya terlihat di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan tanam perdana bongkar ratoon di lahan milik Kelompok Tani Ngudimulyo, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, pada Selasa (22/10).
Kegiatan ini bukan sekedar seremoni tanam biasa. Bongkar ratoon—atau peremajaan tanaman tebu—adalah upaya mengganti tanaman tebu lama yang produktivitasnya mulai menurun dengan benih unggul baru . Dengan cara ini, pemerintah berharap produktivitas lahan meningkat, kualitas bahan baku gula meningkat, dan industri gula nasional bisa lebih efisien.
BACA JUGA:
- Produksi Kakao Anjlok, Indonesia Masih Impor 157 Ribu Ton pada tahun 2024
- Harga Pupuk Subsidi Turun 20 Persen, Mentan Amran: Langkah Bersejarah di Era Presiden Prabowo
“Langkah ini sangat strategis. Dengan peremajaan tebu dan teknologi budidaya modern, rendemen meningkat dan hasil panen petani akan jauh lebih baik,” ujar Heru Tri Widarto , Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan.
Heru menegaskan, program ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mewujudkan kemandirian pangan nasional . Setelah sukses mencapai swasembada beras, kini Kementan menargetkan swasembada gula konsumsi pada tahun 2026–2027 .
“Kita ingin mencetak sejarah lagi. Jika swasembada gula tercapai, itu akan menjadi pencapaian tertinggi dalam 89 tahun terakhir,” ungkap Heru, dikutip Agricom.id dari laman Ditjenbun, Jumat (24/10).
Heru juga mengingatkan, Yogyakarta dulu pernah menjadi salah satu sentra tebu dan gula terbesar di Indonesia . Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, wilayah ini bahkan dikenal sebagai penghasil gula berlimpah hingga dijuluki “ Sultan Sugih ”.
“Kini saatnya kita kembalikan kejayaan itu. Indonesia mampu mandiri dalam produksi gula seperti dulu, ketika tebu menjadi simbol kemakmuran rakyat,” tegasnya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih , yang turut hadir, menekankan pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian daerah. Dari empat sektor utama di Bantul—industri, pertanian, pariwisata, serta informasi dan komunikasi—pertanian ditetapkan sebagai sektor prioritas karena menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
“Di tengah tantangan sektor industri dan lainnya, pertanian tetap menjadi penggerak utama perekonomian. Kami berterima kasih kepada seluruh petani dan Gapoktan yang telah berjuang membangun Bantul sebagai salah satu pusat pengembangan tebu di Jawa bagian selatan,” ujarnya.
Sementara itu, Oskar Tri Yoga Semendawai , Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Regulasi dan Kebijakan, berharap program bantuan benih tebu unggul bisa benar-benar dirasakan manfaatnya oleh petani. Ia menyebut pembongkaran ratun dan perluasan areal tebu menjadi kunci untuk mengembalikan masa kejayaan gula Indonesia seperti era 1930-an, saat Indonesia mampu mengekspor gula ke berbagai negara .
“Dengan benih unggul dan lahan yang diremajakan, kita ingin mengulang sejarah ketika Indonesia menjadi eksportir gula dunia,” kata Oskar.
Dari Jakarta, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa tebu merupakan strategi komoditas untuk mendukung kemandirian pangan. Pemerintah terus mendorong program bongkar ratun dan revitalisasi lahan tebu rakyat sebagai langkah nyata menekan defisit pasokan gula.
"Kami ingin Indonesia mampu memenuhi kebutuhan gula konsumsi dan industri secara mandiri. Program bongkar ratoon 2025 ini jadi instrumen penting menuju swasembada gula sesuai Arahan Presiden Prabowo Subianto," tutup Amran. (A3)