RSPO dan APKASINDO Tandatangani MoU, Dorong Pertumbuhan Inklusif dan Sertifikasi Petani Sawit Indonesia

RSPO dan APKASINDO Tandatangani MoU, Dorong Pertumbuhan Inklusif dan Sertifikasi Petani Sawit Indonesia
Agricom.id

10 September 2025 , 14:55 WIB

Perjanjian penting ini menandakan terjalinnya komitmen bersama untuk memastikan agar petani pekebun tidak diabaikan, melalui penyediaan pelatihan, akses pembiayaan, dan insentif berbasis keinginan. Foto: RSPO

 

AGRICOM, JAKARTA – Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bersama Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) resmi menandatangani strategi Nota Kesepahaman (MoU) untuk mempercepat pertumbuhan inklusif, sertifikasi, serta akses pasar bagi petani sawit Indonesia. Kesepakatan ini menjadi tidak penting, mengingat sekitar 40% produksi minyak sawit nasional berasal dari pekebun.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia menyediakan 55% pasokan global. Namun, meski kontribusi petani sangat besar, produktivitas mereka masih jauh tertinggal. Rata-rata panen hanya 2–3 ton per hektar, dibandingkan dengan 6–8 ton per hektar di perkebunan besar. Kesenjangan ini, ditambah pembatasan akses pembiayaan dan sertifikasi, berpotensi mengancam daya saing nasional sekaligus kesejahteraan jutaan keluarga petani.

BACA JUGA: 

- Pemetaan Lokasi Tanam, Lapas Wahai Siap Sukseskan Program Penanaman Kelapa Serentak

- Investasi Minim, Regulasi Kompleks, Industri Kayu Kehilangan Daya Saing

Melalui MoU ini, RSPO dan APKASINDO berkomitmen menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif. Fokusnya tidak hanya pada peningkatan produktivitas, tetapi juga partisipasi yang berkeadilan, pemberdayaan sosial, serta penguatan ketahanan ekonomi pedesaan. Dengan demikian, petani tidak lagi diposisikan sekadar sebagai pemasok marginal, melainkan sebagai mitra penuh dalam rantai pasok minyak sawit global.

Kesepakatan tersebut mencakup lima bidang kerja sama utama, termasuk perluasan akses pasar yang adil, penerapan praktik berkelanjutan, hingga penguatan kapasitas pekebun. “Catatan Kesepahaman ini bukan hanya soal sertifikasi, melainkan juga keadilan, ketahanan, dan pertumbuhan inklusif. Setiap ton yang hilang akibat produktivitas rendah mengurangi daya saing global Indonesia. Menutup kesenjangan hasil panen tanpa membuka lahan baru akan memperkuat posisi Indonesia di pasar dunia,” jelas Guntur Cahyo Prabowo, Head of Smallholder RSPO.

Ia menegaskan, tanpa tindakan nyata yang inklusif, Indonesia berisiko kehilangan miliaran dolar setiap tahun akibat rendahnya produktivitas, hilangnya peluang mendapatkan pasar premi, serta ancaman dikeluarkan dari pasar global yang semakin ketat, termasuk Uni Eropa melalui regulasi Anti Deforestasi (EUDR).

Ketua Umum DPP APKASINDO, Dr. Gulat ME Manurung, menyebut MoU ini sebagai pencapaian bersejarah bagi petani sawit Indonesia. “Selama petani sering memandang ke sebelah mata, padahal kontribusinya hampir 40% dari produksi nasional. Dengan kemitraan strategis ini, kami diperlakukan sebagai mitra setara dalam rantai pasok global. Ini bukan sekadar membuka sertifikasi, tetapi juga masa depan jutaan keluarga tani—mulai dari akses pembiayaan, pasar yang adil, hingga peningkatan produktivitas tanpa perlu membuka lahan baru,” ungkapnya, dikutip dari keterangan yang diterima Agricom.id .

Menurut Gulat, kolaborasi RSPO dan APKASINDO diyakini akan memperkuat ketahanan ekonomi kemiskinan, menutup kesenjangan produktivitas, serta memastikan kepemimpinan Indonesia di sektor minyak sawit berkelanjutan tetap terjaga di tengah meningkatnya tuntutan global akan kemiskinan dan keterlacakan. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP