Kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia naik untuk sesi kedua berturut-turut pada Selasa (23/12/2025), didorong penguatan harga minyak kedelai global dan membaiknya permintaan dari China, meski data ekspor masih beragam. Foto: Istimewa
AGRICOM, KUALA LUMPUR – Harga kontrak berjangka minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia kembali menguat untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan Selasa (23/12/2025). Penguatan ini didorong oleh naiknya harga minyak kedelai global serta membaiknya permintaan dari China, yang memicu kembalinya minat beli pelaku pasar setelah pergerakan harga yang volatil dalam beberapa pekan terakhir.
Mengutip Reuters, kontrak acuan CPO untuk pengiriman Maret 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik RM 16 per ton atau sekitar 0,4% menjadi RM 4.001 per metrik ton pada jeda perdagangan tengah hari.
Kenaikan harga CPO terutama ditopang oleh penguatan pasar minyak nabati pesaing. Di China, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian Commodity Exchange tercatat naik 0,39%, sementara kontrak minyak sawit melonjak 1,56%. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) justru terkoreksi 0,51%.
BACA JUGA:
- Harga CPO KPBN Inacom Selasa (23/12): Franco Dumai Naik Rp 70 per Kg
- Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Menguat Oktober 2025, Biodiesel Dorong Serapan Domestik
Secara historis, pergerakan harga minyak sawit kerap mengikuti tren minyak nabati lain, mengingat ketatnya persaingan di pasar global minyak nabati. Selain itu, harga minyak mentah dunia yang relatif stabil—setelah melonjak lebih dari 2% pada sesi sebelumnya—turut memberikan sentimen positif bagi pasar CPO.
Kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan global juga ikut menopang harga, menyusul pernyataan Amerika Serikat terkait kemungkinan penjualan minyak mentah Venezuela yang disita, serta laporan serangan Ukraina terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan Rusia.
Sementara itu, data ekspor Malaysia menunjukkan sinyal yang beragam. Intertek Testing Services memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1–20 Desember meningkat 2,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, estimasi dari AmSpec Agri Malaysia justru mencatat penurunan ekspor sebesar 0,87% pada periode yang sama.
Meski data ekspor masih bervariasi, kombinasi penguatan harga minyak nabati global, stabilnya harga energi, dan membaiknya permintaan China dinilai menjadi faktor utama yang menopang pergerakan harga CPO di Bursa Malaysia. (A3)