Ditjen Perkebunan Dorong Kemandirian Benih dan Penguatan Industri Gula Nasional


AGRICOM, JAWA TENGAH – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan terus memperkuat strategi pembangunan perkebunan melalui kemandirian benih, penguatan industri gula, serta peningkatan nilai tambah produk untuk memperluas pasar ekspor.

Dalam kunjungan kerja ke Jawa Tengah pada Senin (8/9), jajaran Ditjen Perkebunan meninjau beberapa lokasi strategis, antara lain Nursery Batang, Pabrik Gula Sragi di Pekalongan, serta unit usaha eksportir gula kelapa kristal organik di Banyumas.

BACA JUGA:  Fokus Hilirisasi Perkebunan, Kementan Dorong Nilai Tambah Petani Jawa Tengah

Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menekankan peran pentingnya Nursery Batang sebagai pusat penyediaan benih kelapa berkualitas. Menurutnya, pembibitan ini tidak hanya menghasilkan benih unggul, tetapi juga menjaga kemurnian varietas sekaligus melestarikan sumber daya genetik perkebunan nasional.

“Saat ini kami memiliki tiga kebun induk seluas enam hektar yang ditanami varietas Pandang Wangi, Genjah Entog Kebumen, dan Kelapa Dalam Bido. Dengan penanaman yang dimulai sejak Desember 2023, kami optimis mampu memenuhi kebutuhan benih unggul secara berkelanjutan,” ujar Roni, dikutip Agricom.id dari laman Ditjen Perkebunan.

Nursery yang berlokasi di Desa Beji, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang ini mulai dibangun pada tahun 2021 dan telah berproduksi sejak tahun 2022. Hingga kini, Batang Nursery telah menghasilkan 120.000 batang benih kelapa, dengan 71.122 batang di antaranya telah tersertifikasi dan 58.903 batang telah didistribusikan ke petani.

Selain dari sektor perbenihan, turut dilakukan juga pemantauan di Pabrik Gula Sragi Pekalongan sebagai bagian dari komitmen memperkuat industri gula nasional. Pabrik gula ini berperan penting dalam menyerap tebu dari petani sekitar, menjaga stabilitas pasokan gula, dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas tebu. Sebagai upaya menjamin kesiapan hilirisasi gula, Kementan melalui Ditjen Perkebunan melakukan pengecekan menyeluruh dari hulu hingga hilir, meliputi peninjauan benih kelapa, proses produksi, hingga pendistribusian gula.

“Revitalisasi pabrik gula dan pendampingan petani tebu menjadi prioritas Kementan. Dengan sinergi ini, kami berharap dapat meningkatkan rendemen tebu, memperkuat posisi petani, serta mempercepat pencapaian target swasembada gula konsumsi,” jelas Roni lagi.

Selanjutnya di sektor hilirisasi, Kementan juga mendorong pemberdayaan petani gula kelapa kristal di Desa Pageraji, Kabupaten Banyumas. Desa yang sebelumnya menghadapi berbagai tantangan perekonomian, kini mengalami transformasi signifikan dalam lima tahun terakhir. Berkat inisiatif pemuda desa, dibentuklah Java Agro Mandiri (JAVARI) pada tahun 2018 sebagai unit pemasaran dan Koperasi Abhinaya Karya Mandiri (BHINARI) pada bulan September 2023 sebagai wadah kelembagaan komunitas petani. Hal ini memberikan dampak positif bagi keberlangsungan penyediaan kebutuhan masyarakat.

Sekadar informasi, hingga kini, 490 KK petani telah bergabung menjadi anggota koperasi. Dengan pendampingan dan penerapan standar organik internasional, produk gula kelapa kristal dari Pageraji kini berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari tujuh negara, antara lain Australia, Afrika Selatan, Spanyol, Yunani, Hongaria, Republik Ceko, dan Malaysia, dengan rata-rata ekspor mencapai 80 ton per bulan.

“Kami mendukung upaya Koperasi BHINARI dalam meningkatkan standar produksi dan upaya pemberdayaan petani seperti yang dilakukan komunitas Pageraji. Langkah ini penting untuk memperkuat posisi petani gula kelapa dalam rantai pasok global, mengurangi kemiskinan ekstrem, dan mendorong kesejahteraan masyarakat desa, sedangkan produk komunitas Pageraji kini telah memenuhi standar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan visi kami menjadikan produk perkebunan Indonesia berdaya saing tinggi di pasar global,” tambah Roni.

Terpisah, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif dan sinergi yang kuat antara pemerintah, petani, pabrik gula, dan pelaku usaha dapat mendorong transformasi ekonomi desa sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Mentan Amran juga menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produktivitas tebu nasional sebagaimana asta cita Presiden RI Prabowo Subianto yang menargetkan swasembada gula nasional beberapa tahun ke depan.

"Ini perintah langsung dari Bapak Presiden. Kita harus segera swasembada gula konsumsi. Maksimal 2030, kita benar-benar harus mandiri," tegas Mentan Amran.

Mentan Amran berharap keberhasilan ini menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain, dan inisiatif ini menjadi model pemberdayaan petani yang berkelanjutan, di mana sinergi antara pemerintah, koperasi, dan komunitas lokal dapat menghasilkan produk perkebunan bernilai tambah, berdaya saing tinggi serta memperluas pasar ekspor. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP