Dengan mengusung tema “Penguatan Sinergi Sektor Perkebunan Sawit dalam Mendukung Ketahanan Energi Berbasis Inovasi Teknologi,” IPORICE 2025 ingin menunjukkan bahwa sawit bukan hanya soal ekonomi, tapi juga tentang energi masa depan dan kelangsungannya. Foto: Agricom.id
AGRICOM, JAKARTA – Sawit kembali jadi sorotan! Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI) resmi membuka Indonesia Palm Oil Research & Innovation Conference & Expo (IPORICE) 2025 pada 1–3 Oktober 2025.
Ajang yang digelar tiap tahun ini bukan sekadar konferensi biasa. Selama dua hari (1–2 Oktober), peserta disuguhkan pameran dan sesi diskusi, lalu ditutup dengan field trip ke Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar (BRMP TRI) Kementerian Pertanian di Sukabumi, Jawa Barat, pada 3 Oktober.
Dengan tema besar “Penguatan Sinergi Sektor Perkebunan Sawit dalam Mendukung Ketahanan Energi Berbasis Inovasi Teknologi,” IPORICE 2025 ingin menunjukkan bahwa sawit bukan hanya soal ekonomi, tapi juga tentang energi masa depan dan keberadaannya.
BACA JUGA: Harga Referensi CPO Sentuh USD 963,61/MT, BK dan PE CPO Naik di Periode Oktober 2025
Ketua Umum GPPI, Delima Hasri Azahari , menegaskan bahwa forum ini sejalan dengan visi keinginan BRIN. “IPORICE menjadi ruang untuk mewujudkan visi Science to Science, Science to Policy, dan Science to Society, yang semuanya berlandaskan prinsip keinginan,” ujarnya dalam acara yang dihari Agricom.id , Rabu (01/10).
Menurut Delima, visi itu tak lepas dari konsep profit, people, dan planet. Artinya, industri sawit berkelanjutan harus mampu memberi keuntungan, bermanfaat bagi manusia, sekaligus menjaga bumi.
Sementara itu, Agus Eko Nugroho , Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat BRIN, menilai forum ini jadi momentum penting untuk memperkuat peran sawit sebagai energi terbarukan. “IPORICE adalah wadah untuk menyinergikan berbagai pihak agar dapat mendukung ketahanan energi nasional,” jelasnya.
Diskusi di forum ini juga menyentuh isu-isu strategis seperti program percepatan biodiesel B40 dan B50, serta bioavtur. Upaya hilirisasi sawit disebut akan semakin memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi.
Tak hanya bicara energi, harapannya sawit juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani, pedagang, hingga masyarakat luas.
Umi Mu'awanah , Kepala Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan BRIN, menambahkan bahwa IPORICE adalah contoh nyata kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan industri. “Kami ingin menjawab tantangan strategi sawit dari hulu hingga hilir, dengan sains dan inovasi sebagai motor penggerak,” ujarnya.
Ia optimis, sinergi antara industri, kebijakan, dan teknologi akan mempercepat transisi energi sekaligus menjaga daya saing Indonesia di pasar global.
Indonesia sendiri memang pemain kunci di industri sawit dunia. Perannya tidak hanya berpengaruh pada ekonomi dan sosial, tapi juga pada isu lingkungan global.
IPORICE 2025 pun mendapat dukungan dari berbagai pihak, mulai dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Holding Pupuk Indonesia, Perkebunan Nusantara (PTPN), Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Pertamina, hingga Triputra Agro Persada. (A3)