Bappenas Sebut Industri Sawit Jadi Penggerak Ekonomi Hijau Indonesia di IPOC 2025

Bappenas Sebut Industri Sawit Jadi Penggerak Ekonomi Hijau Indonesia di IPOC 2025
Agricom.id

23 November 2025 , 10:17 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy saat menyerahkan plakat kepada pemenang lomba produktivitas kebun kepada Koperasi Jaya Mandiri Kalimantan Timur di IPOC 2025.  Foto: IPOC 2025/Agricom

 

AGRICOM, NUSA DUA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa industri kelapa sawit akan menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Pernyataan ini ia sampaikan saat membuka The 21st Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali.

Dalam berbagai hal nasional, Rachmat menggambarkan kelapa sawit bukan hanya sebagai komoditas unggulan, tetapi juga sebagai fondasi penting pembangunan. “Kelapa sawit bukan hanya komoditas. Sawit adalah jembatan persahabatan, perdamaian, dan kemanusiaan,” tuturnya, dikutip Agricom.id .

Ia menjelaskan bahwa dunia kini bergerak dalam wilayah, mulai dari gejolak geopolitik hingga tekanan akibat perubahan iklim. Di tengah kebutuhan pangan dan energi global yang terus meningkat, Indonesia justru melihat peluang besar: menjadikan sawit sebagai bagian dari solusi untuk dunia.

BACA JUGA: 

- CPO Melemah di Akhir Pekan: Harga KPBN Turun, Bursa Malaysia Ikut Terkoreksi pada Jumat (21/11)

- Harga TBS Sawit Sumut Naik Tipis, Tertinggi Rp 3.435,79 pada Periode 19–25 November 2025

Menurut Rachmat, kontribusi sawit sudah tak terbantahkan. Mulai dari memperkuat ketahanan pangan global, menyediakan energi terbarukan, hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari miliaran orang di berbagai negara.

Namun demikian, ia menekankan bahwa keberhasilan Indonesia tidak hanya diukur dari tinggi volume produksi. Yang lebih penting adalah bagaimana industri kelapa sawit dikelola secara bertanggung jawab, inklusif, dan berkelanjutan. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi pedoman dalam pembangunan berkelanjutan.

Dengan komitmen tersebut, sawit disebut Rachmat akan menjadi motor penting transformasi hijau sekaligus penggerak utama perekonomian menuju Indonesia Emas 2045.

Indonesia berkomitmen memastikan pertumbuhan ekonomi tidak merusak alam dan tidak meninggalkan generasi mendatang.

Rachmat menyampaikan bahwa sawit telah menjadi pendorong utama pembangunan pedesaan, penyedia jutaan lapangan kerja, dan tulang punggung sektor hilir seperti biofuel, oleokimia, serta industri hijau. Peran strategis ini menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu kekuatan besar dalam transformasi menuju ekonomi hijau.

“Kelapa sawit adalah contoh transformasi berkelanjutan. Sawit berkontribusi langsung pada SDGs dengan membuka lapangan kerja hijau, mengurangi kemiskinan, dan mendukung peralihan dari energi fosil,” ujarnya.

BACA JUGA: Bahana Anwar Karim Tampil Gemilang di Panggung Grand Prix Junior Band (GPJB) XXI–2025

Di hadapan ratusan peserta dalam dan luar negeri, Rachmat juga menekankan bahwa pemerintah menempatkan petani kecil sebagai pusat agenda pembangunan sawit nasional. Menurutnya, keadilan bagi smallholders, pekerja kebun, dan keluarganya harus menjadi bagian dari narasi besar keberlanjutan sawit Indonesia.

“Keadilan dalam perdagangan global minyak sawit harus berarti keadilan bagi para petani kecil, pekerja, dan keluarganya,” tegasnya.

Dalam konteks itu, Bappenas mendorong penguatan reforma regulasi, percepatan peremajaan kebun rakyat, pembiayaan modernisasi petani, perluasan digital traceability, serta penguatan sertifikasi ISPO agar semakin kredibel di mata dunia. Seluruh langkah ini diarahkan untuk memastikan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai tanpa mengorbankan lingkungan maupun kesejahteraan petani.

Rachmat juga menyoroti pentingnya hilirisasi, termasuk pengembangan sustainable aviation fuel (SAF) hingga material biodegradable bernilai tambah tinggi. Keduanya merupakan bagian dari strategi besar menuju ekonomi rendah karbon dan ketahanan energi nasional.

BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Naik Tipis, Tertinggi Rp 3.435,79 di Periode 19–25 November 2025

Selain aspek ekonomi, Menteri Bappenas menekankan bahwa fondasi tata kelola sawit Indonesia terinspirasi oleh filosofi kearifan lokal Bali, Tri Hita Karana, yakni harmoni antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), harmoni antarmanusia (Pawongan), dan harmoni dengan alam (Palemahan). Nilai ini dipandang relevan sebagai landasan global untuk membangun industri sawit yang inklusif, etis, dan berkeadilan.

“Biarlah pertemuan IPOC ini mengingatkan kita pada semangat Tri Hita Karana,  harmoni antara manusia, alam, dan kesejahteraan,” ujar Rachmat.

Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak tinggal diam menghadapi diskriminasi, kampanye hitam, dan hambatan dagang terhadap sawit. Ia menyebut kemenangan Indonesia dalam sengketa sawit di WTO sebagai bukti bahwa sawit Indonesia memenuhi prinsip perdagangan dan keberlanjutan internasional.

“Ini menunjukkan bahwa keadilan dan fair play masih mungkin diperjuangkan ketika kita berdiri teguh dan berbicara berdasarkan bukti,” katanya.

Rachmat menutup Segalanya dengan ajakan kolaborasi bagi seluruh pemangku kepentingan industri sawit mulai dari pemerintah, pelaku usaha, petani kecil, hingga mitra internasional. Menurutnya, kekuatan sawit Indonesia terletak pada kemampuannya menyatukan kerja sama global untuk kebaikan bersama.

“Bersama, kita dapat menjadikan kelapa sawit bukan sumber kontroversi, tetapi simbol kerja sama. Bukan pemecah belah, tetapi jembatan perdamaian dan pertumbuhan bersama,” tutupnya. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP