AGRICOM, JAKARTA – Pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) resmi dibuka 28/11 di Jakarta, Indonesia. Acara ini diselenggarakan secara hybrid, dengan delegasi dari Indonesia, Malaysia, dan Honduras sebagai tuan rumah acara, serta negara-negara pengamat dan tamu dari seluruh dunia yang berpartisipasi secara online maupun offline.
Pertemuan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dihadiri oleh negara-negara anggota CPOPC, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Honduras, bersama negara-negara pengamat seperti Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini, serta negara tamu seperti Nigeria, Kongo, Kosta Rika, dan Thailand. Sesi kedua diikuti hanya oleh negara-negara anggota penuh, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Honduras.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Indonesia, Heru Tri Widarto, juga turut hadir untuk memberikan dukungan pada pertemuan ini. Heru menegaskan pentingnya sektor kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia dan dunia.
“Kelapa sawit bukan hanya komoditas penting bagi Indonesia, tetapi juga memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan energi global dan menciptakan lapangan kerja yang besar, terutama di negara-negara produsen sawit,” ujar Heru, dikutip Agricom.id dari laman resmi Ditjenbun.
BACA JUGA: Young Elaeis Ambassador: Peran Anak Muda untuk Industri Sawit Berkelanjutan
Dida Gardera, Deputi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Indonesia yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Indonesia, membuka pertemuan dengan menyampaikan pentingnya peran kelapa sawit bagi Indonesia. “Kelapa sawit adalah komoditas strategis yang mendukung ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri di Indonesia. Kami berkomitmen untuk terus mempercepat program biodiesel B35 dan mengarah ke B40 pada 2025, serta mengembangkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dari produk sawit,” ujar Dida.
Delegasi Indonesia juga menyoroti perluasan keanggotaan CPOPC dan mendukung aksesi negara-negara pengamat seperti Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini untuk menjadi anggota penuh. “Kami mengajak negara-negara pengamat untuk mempercepat proses aksesi mereka, dan kami menyambut baik Nigeria yang telah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota CPOPC,” ujar Ketua Delegasi Indonesia.
Selain itu, delegasi Indonesia juga menyampaikan harapan agar Sekretariat CPOPC dapat menganalisis tantangan global yang dihadapi sektor kelapa sawit, terutama terkait dengan isu lingkungan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. “Kami berharap CPOPC dapat mengidentifikasi tantangan-tantangan tersebut dan memberikan rekomendasi berbasis riset untuk mengatasi masalah ini,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Ketua Delegasi Indonesia juga mengungkapkan keprihatinan terhadap ketidakpastian global yang mempengaruhi pasar minyak sawit, termasuk implementasi peraturan European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang berdampak pada penerimaan minyak sawit di pasar Eropa. “Penundaan yang diusulkan selama 12 bulan ini memberi kesempatan bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk memperkuat upaya agar produk kita diterima di pasar global,” kata Ketua Delegasi Indonesia.
BACA JUGA:
- Harga Minyak Sawit Mentah (CPO) di INACOM Naik Rp 132 pada Selasa 3 Desember 2024
- Harga Karet di SGX Sicom Selasa 3 Desember 2024 Turun Rp 190
Sektor kelapa sawit juga menghadapi tantangan lain, seperti isu-isu terkait dengan kesehatan dan ketenagakerjaan. Indonesia menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara untuk mengatasi masalah ini melalui kampanye berbasis bukti dan ilmiah.
Indonesia juga mendorong CPOPC untuk lebih aktif dalam mendiseminasikan hasil penelitian ilmiah yang mendukung kampanye positif mengenai kelapa sawit. “Kami berharap hasil penelitian tentang kelapa sawit dapat disebarkan lebih luas, termasuk melalui publikasi di jurnal internasional terakreditasi,” ujar Ketua Delegasi Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga mengajak semua pihak untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menyebarluaskan pesan-pesan positif tentang peran kelapa sawit dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). “Penting untuk melibatkan generasi muda dalam mendorong inovasi dan praktik berkelanjutan di sektor kelapa sawit,” tambahnya.
Sebelum menutup sambutannya, Ketua Delegasi Indonesia menyampaikan optimisme mengenai masa depan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. “Kami percaya program-program yang dibuat oleh CPOPC akan membantu negara-negara penghasil minyak sawit untuk mengatasi tantangan rantai pasokan dan memberikan kontribusi positif terhadap pemulihan global yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pertemuan SOM CPOPC ke-28 ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret dalam mengatasi tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit dan memperkuat posisi sektor ini di pasar global. (A3)