FOKUS: Swasembada Pangan Nasional, Upaya Nasional Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Menghemat Devisa Hingga US$ 5,2 Miliar.


AGRICOM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia yang dipimpin Presiden Prabowo terus mendorong ketahanan pangan nasional yang dilakukan secara simultan bersama jajaran kabinetnya. Berdasarkan pantauan redaksi Agricom, berbagai inisiatif yang dilakukan bersama Kementerian dan Lembaga Pemerintah, menjadi upaya nasional dalam meningkatkan ketahanan pangan dan menghemat devisa negara.

Pada Rapat Koordinasi Bidang Pangan yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, awal januari lalu di Surabaya, Jawa Timur, pemerintah mendorong upaya bersama antar kementerian dan lembaga guna mencapai keberhasilan swasembada pangan nasional. Menurut Menko Pangan, Zulkifli Hasan, keberadaan pangan nasional menjadi prioritas utama pada Pemerintahan Presiden Prabowo saat ini.

 

Mendag Busan: Swasembada Pangan Bisa Hemat Devisa USD 5,2 Miliar

Sejalan dengan arahan dari Menko Pangan, ditegaskan Kementerian Perdagangan RI (Kemendag) akan dukungannya terhadap upaya swasembada pangan nasional. Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso (Mendag Busan), pencapaian keberhasilan swasembada dilakukan kepada empat (4) komoditas utama yaitu Beras, Gula, Garam dan Jagung. Upaya yang dilakukan ini, menurutnya dapat menghemat devisa negara hingga US$ 5,2 Miliar.

Menurut Mendag Busan, ketergantungan pada impor untuk komoditas strategis ini masih tinggi, sehingga perlu langkah konkret untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Jika swasembada berhasil diwujudkan, dana yang sebelumnya digunakan untuk impor dapat dialokasikan ke sektor lain yang juga penting bagi ketahanan pangan nasional. "Penghematan ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung sektor pertanian dan perikanan, misalnya dengan meningkatkan penyediaan pupuk dan sarana produksi lainnya," jelas Mendag Busan, dikutip dari laman resmi Kemendag melalui Agricom.id.

Selain itu, penguatan produksi dalam negeri juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, menciptakan lapangan kerja baru, serta mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar luar negeri dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Mendag  Busan  menambahkan,  dalam lima  tahun  terakhir (2020–2024),  Indonesia  mengimpor komoditas beras, gula, garam, dan jagung dengan nilai yang cukup besar. Meskipun begitu, pada periode tersebut, tren impor gula dan garam cenderung turun.

Sinergi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga dilakukan, sebagai upaya mempersiapkan target swasembada pangan Tahun 2027 yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Rapat koordinasi pangan, juga menjadi forum dialog pemerintah pusat dengan para kepala daerah di Provinsi Jawa Timur untuk menyukseskan swasembada pangan dengan memanfaatkan kelebihan dari kondisi pertanian di Jawa Timur.

Mendag Busan juga menyoroti sejumlah produk pangan yang mampu menunjukkan keberhasilan swasembada dengan surplus yang diarahkan untuk ekspor. Misalnya, minyak kelapa sawit (CPO) yang pangsa pasar ekspornya secara nasional sebesar 11,2 persen. Sementara itu, di Jawa Timur sendiri, CPO menempati posisi ekspor produk pangan nomor 1, yang diikuti ikan dan ikan olahan, gula, susu, bawang merah, kedelai, jagung, serta daging ayam.

“Provinsi Jawa Timur, sudah terjadi surplus, misalnya untuk komoditas CPO, ikan olahan, dan sejumlah komoditas lain. Artinya, sudah banyak contoh komoditas yang sudah swasembada pangan. Sehingga, kalau komoditas yang lain juga akan swasembada, saya pikir itu bisa kita lakukan,” ujar Mendag Busan.

Selain itu, guna mendukung penyimpanan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok), Kemendag mempersiapkan gudang-gudang program Sistem Resi Gudang (SRG) agar dapat digunakan sebagai penyimpanan komoditas pertanian. Terdapat enam gudang SRG aktif, 17 flat, dan satu silo SRG pada posisi idle (belum beroperasi) di Jawa Timur. Kapasitas total gudang SRG idle di wilayah Jawa Timur mencapai 25.900 ton.

 

Kementan Wujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan: Integrasikan Tanaman Padi Gogo diLahan Perkebunan.

Sejalan dengan arahan Menko Pangan, Zulkifli Hasan, Kementerian Pertanian RI (Kementan) juga menargetkan peningkatan produksi padi melalui pengoptimalan berbagai lahan di seluruh Indonesia, termasuk lahan perkebunan. Langkah strategis ini diyakini dapat mendorong peningkatan produksi pangan dan mengoptimalkan lahan kering, sesuai dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman.

Mentan Amran menekankan cita-cita besar Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan Indonesia secepatnya. “Tidak ada pangan tidak ada kehidupan. Tanpa pangan, negara bisa bubar. Sehingga sangat penting kita jaga pangan,” ujar Mentan Amran, pada keterangan pers yang dikutip Agricom.id.

Sejalan dengan arahan tersebut, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), kembali lakukan kegiatan tanam perdana padi gogo di lahan perkebunan kelapa, kali ini di Kelurahan Pandu, Kecamatan Bunaken, Sulawesi Utara (Sulut). Sementara itu, seusai lakukan penanaman, Plt Dirjen Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan, program swasembada pangan dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan pangan tercukupi bagi seluruh masyarakat Indonesia di masa mendatang. “Program ini tidak hanya berfokus pada kuantitas pangan, tetapi juga kualitas dan stabilitas harga pangan,” ujar Heru menegaskan.

Direktorat Jenderal Perkebunan juga turut ditugaskan mengawal program penanaman padi gogo di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Sulut, memiliki potensi besar dengan luas lebih dari 10 ribu ha lahan kering, yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian padi gogo. Selain itu, penanaman padi gogo di lahan perkebunan dan lahan peremajaan sawit (PSR) juga diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Sebagai informasi, data sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi padi nasional pada 2024 diperkirakan mencapai 52,66 juta ton, dengan beras sekitar 30,34 juta ton. Untuk 2025, pemerintah menargetkan produksi padi nasional mencapai 32 juta ton, yang didorong oleh berbagai inisiatif seperti gerakan pompanisasi dan optimasi lahan. Disaat yang sama, Kementan juga meluncurkan kegiatan integrasi padi gogo dengan kelapa dalam, yang diyakini dapat memaksimalkan sumber daya lokal secara maksimal. “Kami mengimbau seluruh pihak, dari tingkat pusat hingga daerah, untuk bersinergi dalam mewujudkan target ini,” tambah Heru.

Heru berharap, kegiatan tanam perdana padi gogo ini tidak hanya menandai dimulainya upaya konkret dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, tetapi juga menunjukkan potensi besar yang dimiliki Sulawesi Utara dalam mendukung swasembada pangan nasional. Diharapkan dengan adanya kerja sama yang solid antara pemerintah, TNI, petani, dan pihak terkait lainnya, target penanaman padi dapat secepatnya tercapai.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Wilhelmina Pangemanan menyampaikan dukungannya terhadap program ini, “Kami berharap dengan adanya program integrasi padi gogo dan kelapa dalam ini, dapat meningkatkan produktivitas padi di Sulawesi Utara.” Wilhelmina juga menekankan, pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat untuk mencapai target ketahanan pangan yang lebih baik di masa depan.

Dalam menghadapi tantangan global khususnya krisis pangan, Heru meminta agar semua pihak mempercepat musim tanam padi pada periode Januari-Maret 2025 dan memastikan kesiapan benih serta kebutuhan maupun perlengkapan pertanian lainnya. “Keberhasilan program ini akan sangat berdampak positif bagi pertanian di masa mendatang. Untuk wujudkan pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan, sangat bergantung pada kerjasama dan komitmen yang baik antara semua elemen. Mari kita wujudkan bersama, bersama kita pasti bisa,” tutup Heru.

 

Kementan Tinjau 40 Hektar Lahan Padi Gogo di Lebak

Kementan melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, rutin melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan tanam padi gogo dibeberapa wilayah termasuk Provinsi Banten. Sesuai dengan penugasan Mentan Andi Amran Sulaiman, yang meminta seluruh jajarannya untuk secepatnya akselerasikan penanaman padi gogo dan tingkatkan produksi pangan demi wujudkan kemandirian pangan.

Heru Tri Widarto, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, meninjau lokasi tanaman padi gogo seluas 40 Ha di lahan pertanian Desa Margatirta, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, bersama Kepala Desa Margatirta, Ketua Kelompok Tani Lestari Alam, Koordinator BPP Pertanian Kecamatan Cimarga dan Petugas Lapangan.

“Pemerintah terus berupaya untuk mendorong peningkatan produksi padi khususnya di lahan-lahan kering yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pertanian. Tentunya sangat dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak, memastikan semuanya berjalan dengan baik sesuai target dan aturan yang berlaku. Ini perlu dilakukan untuk mewujudkan swasembada pangan,” ujar Heru dalam keterangan yang diperoleh Agricom.id. Lebih lanjut Heru menambahkan, kunjungan ini dimaksudkan untuk memantau perkembangan dan produktivitas tanaman padi gogo serta memberikan dukungan teknis kepada petani setempat, sekaligus menjadi kesempatan untuk berdiskusi dengan petani terkait pengalaman selama bertani padi gogo di lahan garapannya.

Ketua Kelompok Tani Lestari Alam, Odon menjelaskan, tanaman padi gogo yang ditanam pada bulan Oktober 2024 lalu dilahan wilayah binaannya seluas 40 Ha sudah berumur mencapai 99 hari. Odon juga memberikan apresiasi kepada Kementan, para petani mengucapkan terimakasih kepada Menteri Pertanian atas bantuan benih padi gogo IPB 9G yang ditanam untuk seluas 40 Ha, dan anggota kelompok merasa terbantu dan senang dengan adanya bantuan ini, kami akan terus menanam kembali di musim berikutnya.

Odon berharap, terkait program dari Kementerian Pertanian tahun depan atau musim berikutnya bisa memberikan bantuan kepada kelompoknya dengan saprodi lain yang diperlukan, seperti kopi dan kelapa, agar petani dapat meningkatkan nilai tambah penghasilan selain tanaman padi gogo.

Heru seusai lakukan peninjauan lokasi tanam mengatakan, mewujudkan swasembada pangan tidaklah mudah, harus dilakukan bersama dan menjaga komitmen, untuk itu perlunya menjalin kerja sama yang baik dengan berbagai pihak terkait, demi keberhasilan keberlanjutan pertanian.

 

Kementan Mendorong Tanam Padi Gogo di Lahan Sawit Rakyat

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjen) tanam padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat yang berlokasi di Koperasi Produsen Bakti Nusantara Lima Enam, Desa Panca Bakti, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, menjadi salah satu inovasi penting dalam pengelolaan lahan. Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto menyambut baik dan turut bergembira serta bersyukur dengan diselenggarakannya tanam padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat, karena para pekebun dapat memanfaatkan bantuan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditumpangsarikan dengan padi gogo.

“Program ini mengusung sebuah konsep inovatif yang tidak hanya memperhatikan keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit untuk mendorong peningkatan produktivitas, tetapi juga bertujuan untuk mendukung swasembada pangan,” jelas Heru, dikutip Agricom.id dari laman resmi Ditjenbun.

Menurut Heru, tumpang sari padi gogo di kebun kelapa sawit adalah sebuah strategi untuk memanfaatkan lahan perkebunan secara optimal, dengan menanam padi gogo sebagai tanaman sela.

Program ini membuka peluang besar untuk meningkatkan produksi pangan tanpa harus mengorbankan kelapa sawit yang sudah menjadi komoditas unggulan kita. Dengan memanfaatkan waktu dan ruang yang ada, kita berharap dapat meningkatkan hasil pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan kebun kelapa sawit. Diketahui, Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) telah bergulir sejak tahun 2017. Capaian PSR di provinsi Jambi telah mancapai 32.673 hektar dan 6.290 hektar ada di kabupaten Muaro Jambi. Hal ini merupakan peluang yang dapat dioptimalkan untuk tumpang sari tanaman padi gogo di lahan PSR. Target untuk provinsi Jambi seluas 78 ribu hektar, diharapkan dengan dukungan berbagai pihak target ini dapat tercapai.

Secara Nasional, target pengembangan padi lahan kering (padi gogo) tumpang sari di lahan perkebunan maupun lahan lainnya seluas 890 ribu hektar, yang secara efektif dapat ditanami (intercropping) seluas 535 ribu hektar, dan dengan produktivitas sekitar 2 ton, maka dapat diperoleh sekitar 640 ribu ton beras. Heru mengatakan program tanaman sela padi gogo ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar. Dengan adanya diversifikasi usaha tani, para petani dan pengelola kebun kelapa sawit dapat meraih keuntungan lebih, sekaligus berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan pangan nasional.

“Program padi gogo sebagai tanaman sela di kebun sawit rakyat secara nyata merealisasikan salah satu asta cita Bapak Presiden kita, Prabowo Subianto dalam mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru. Kebijakan Indonesia di bidang pangan dan energi berfokus pada peningkatan swasembada, mengurangi ketergantungan terhadap impor, dan menangani keberlanjutan untuk mendukung ketahanan ekonomi dan tujuan lingkungan,” tambah Heru.

Heru mengungkapkan kolaborasi yang baik antara sektor perkebunan dan pertanian diharapkan dapat mengoptimalkan potensi yang ada untuk mencapai dua tujuan besar diantaranya meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga keberlanjutan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. “Ini adalah salah satu upaya nyata untuk mencapai target swasembada pangan, serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui teknologi dan sistem pertanian yang modern,” kata Heru lagi.

Disamping itu juga, Heru mengapresiasi kerja sama yang solid antara Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Perkebunan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, PTPN, dan para petani dalam mewujudkan program ini. Program ini adalah bagian dari upaya besar dalam mewujudkan kemandirian pangan yang tidak hanya mengutamakan ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan mendukung perekonomian nasional.

“Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kebijakan dan teknologi, tetapi juga pada komitmen dan kerja keras kita semua. Mari kita bersinergi untuk memastikan bahwa program ini dapat berjalan dengan baik, memberikan manfaat bagi banyak pihak, dan mendukung tercapainya target swasembada pangan yang lebih baik lagi di masa depan,” ungkap Heru.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jambi, Al Haris menyatakan Pemerintah Jambi siap mendukung program pemerintah untuk swasembada pangan baik padi maupun jagung. Selain itu, peremajaan kelapa sawit baik di lahan masyarakat maupun perusahaan perlu segera dilakukan untuk mendongkrak produktivitas kelapa sawit di provinsi Jambi. “Dengan adanya kepastian pembelian dari pemerintah untuk gabah dan jagung, Kami yakin petani akan lebih semangat dan siap untuk melaksanakan penanaman karena adanya jaminan pembelian dari pemerintah,” tutur Al Haris.

 

PTPN Group Dukung Swasembada Pangan Melalui Program Strategis

Perkebunan Nusantara (PTPN) Group terus memperkuat perannya dalam mendukung swasembada pangan nasional, sejalan dengan visi Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Upaya ini diwujudkan melalui berbagai program strategis yang memberikan dampak luas dan berkelanjutan.

Salah satu inisiatif unggulan yang telah dijalankan adalah program Tanam Padi PT Perkebunan Nusantara (TAMPAN). Program ini memanfaatkan metode intercropping padi gogo pada lahan peremajaan sawit rakyat. Langkah ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga mendukung keberlanjutan pangan nasional melalui optimalisasi sumber daya yang ada. “Dengan target luasan 206 ribu hektare dalam lima tahun ke depan, program ini berpotensi memproduksi setengah juta ton gabah,” ujar Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, dikutip Agricom.com dari laman resmi PTPN.

Varietas padi gogo yang digunakan, seperti Situ Bagendit, telah terbukti mampu menghasilkan produktivitas tinggi hingga 5,5 ton per hektare di lahan sawah dan 4,0 ton per hektare di lahan kering. Hasil tersebut tidak hanya menjawab kebutuhan pangan nasional, tetapi juga memberikan sumber pendapatan tambahan bagi petani sawit. Program penanaman padi gogo dilakukan melalui kolaborasi PTPN Group dengan Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan. Berdasarkan hasil kajian, potensi intercropping padi gogo di lahan PSR ini dapat mendukung swasembada beras dengan potensi nasional mampu menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras melalui target peremajaan seluas 400.000 hektare pertahun.

Pada industri gula, PTPN melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), juga telah meluncurkan “Program Manis” – Menuju Swasembada Gula Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem industri gula nasional dengan melibatkan kolaborasi antarpetani, lembaga pemerintah, perbankan, serta BUMN lain seperti PT Pupuk Indonesia dan Himbara (BRI, Mandiri dan BNI). Selain merekrut agripreneur tebu kalangan generasi muda, program ini juga membentuk “Saung Manis” di berbagai wilayah, antara lain di Mojokerto, Kediri, Lumajang, Ngawi, Pekalongan, dan Bone. Saung Manis menjadi ruang diskusi bagi petani sekaligus wadah penyuluhan pertanian, pelatihan teknis, hingga akses pendanaan dari sektor perbankan.

Para agripreneur terpilih akan mengelola mini estate tebu dengan luasan 50 hingga 100 hektare, memberikan mereka pengalaman praktis sekaligus memberdayakan potensi lokal. “Program ini diharapkan menciptakan sinergi antara peningkatan hasil produksi tebu dan peran strategis generasi muda dalam pertanian modern,” ujar Ghani.

PTPN juga menjalankan program Makmur yang menawarkan ekosistem terpadu dari penyediaan benih, pupuk, hingga jaminan pasar bagi petani. Program ini telah diterapkan pada berbagai komoditas, termasuk tebu, dengan hasil yang signifikan. Di kebun tebu Mangliwetan Bondowoso, misalnya, produktivitas meningkat hingga 45%, dari 76 ton per hektare menjadi 110 ton per hektare. “Program ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga meningkatkan pendapatan petani, dengan kenaikan rendemen tebu dari 8,14% menjadi 8,94%,” tambah Ghani.

Kemitraan dalam dairy farm juga menjadi langkah penting dalam diversifikasi pangan nasional. PTPN memanfaatkan asetnya untuk mendukung produksi susu dalam negeri melalui peternakan sapi perah modern. Rencananya program ini akan dikolaborasikan dengan Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan protein hewani tetapi juga menciptakan rantai pasok lokal yang lebih efisien, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendukung keseimbangan gizi masyarakat.

Dampak dari berbagai inisiatif yang dilakukan PTPN Group sangat luas, mencakup peningkatan produktivitas pangan, penguatan kesejahteraan petani, serta dukungan terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi dengan berbagai pihak, PTPN Group terus menunjukkan peran strategisnya sebagai tulang punggung swasembada pangan di Indonesia. (A1)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP