Kementan Dorong Strategi Peningkatan Inklusivitas dan Ketahanan Rantai Pasokan Minyak Sawit Berkelanjutan

Kementan Dorong Strategi Peningkatan Inklusivitas dan Ketahanan Rantai Pasokan Minyak Sawit Berkelanjutan
Dok. Humas Ditjenbun

10 October 2023 , 13:00 WIB

AGRICOM, MUMBAI – Organisasi antar pemerintah negara penghasil minyak sawit (CPOPC) menginisiasi 2nd Sustainable Vegetable Oil Conference (SVOC)  yang merupakan sebuah platform untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen dan konsumen minyak nabati lainnya, dalam penyediaan yang berkelanjutan di tengah tantangan global dan komitmen mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

SVOC pertama telah digelar pada tahun 2022 di Nusa Dua, Bali, yang bersamaan dengan momentum KTT G-20 dengan Indonesia sebagai tuan rumah yang membahas masalah ketahanan pangan sebagai akibat kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang berimbas pada pasokan minyak nabati dunia.

Untuk SVOC ke-2 tahun 2023 dilaksanakan pada tanggal 27 September 2023 di Mumbai, India juga bersamaan dengan momentum KTT G-20 dengan India sebagai tuan rumah.

SVOC kali ini adalah membahas tantangan global dalam rantai pasokan minyak nabati dan memberikan informasi pada pemangku kepentingan mengenai pembaruan dan visi terkini dalam mengembangkan strategi untuk memastikan keamanan pangan dan energi serta mengatasi persoalan keberlanjutan serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Menurut Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan pada konferensi tersebut mengatakan, SVOC ke-2 yang dilaksanakan di India menurut hemat kami adalah langkah yang tepat. Tentunya dengan beberapa pertimbangan, diantaranya, Pertama, India merupakan pangsa pasar sawit terbesar Indonesia.

Baca juga : 

Kedua, India menghadapi tantangan pemenuhan pangan khususnya vegetable oil yang disebabkan peningkatan populasi penduduk. Ketiga, adanya dorongan yang cukup kuat di Industri vegetable oil India untuk memasok minyak sawit selain untuk kebutuhan pangan seperti biofuel, kosmetik, deterjen, dan aplikasi industri.

Keempat, keunggulan minyak sawit memiliki daya saing harga dan produktivitas tinggi dibandingkan vegetable oil lainnya sehingga mudah melakukan penetrasi pasar ke negara tujuan ekspor, khususnya India.

Kelima, peluang kampanye positif kelapa sawit Indonesia di India perlu terus didorong khususnya aspek keberlanjutan, kesehatan dan tracebility. Hal ini ditujukan jangan sampai hambatan dagang dalam EUDR policy di Eropa juga mempengaruhi negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia lainnya termasuk India.

Keenam, adanya nota kesepahaman yang telah dibuat antara para pemangku kepentingan utama dalam industri minyak sawit di India, Indonesia dan Malaysia dalam bentuk memorandum yang bertujuan untuk mengakui ISPO, MSPO, dan IPOS (Indian Palm Oil Sustainability) sebagai kerangka keberlanjutan yang diakui untuk produksi dan perdagangan minyak sawit di negara-negara tersebut.

Ketujuh, Minyak sawit berkontribusi sebesar 33% dalam konsumsi vegetable oil di India, mengungguli Soya Oil, Rape Oil dan sunflower oil.

Kedelapan, potensi India sebagai negara konsumen terbesar kelapa sawit diharapkan dapat menjadi jembatan diplomasi bilateral dengan Indonesia untuk memperkuat kerja sama di bidang keberlanjutan, ketahanan pangan dan energi, energi terbarukan, ketahanan dan rantai nilai pangan inklusif, serta ekonomi sirkular.

Pada SVOC ke-2 ini juga membicarakan terkait supply demand vegetable oil di berbagai negara dan strategi kedepan dalam Peningkatan Inklusivitas dan Ketahanan dalam Rantai Pasokan vegetable oil melalui Sistem Pangan yang Transformatif dan Berkelanjutan.

Lebih lanjut Prayudi mengatakan, Indonesia sebagai negara produsen dan Eksportir terbesar kelapa sawit dunia perlu terus mendorong Strategi Peningkatan Inklusivitas dan Ketahanan dalam Rantai Pasokan Minyak Sawit melalui Sistem Pangan yang Transformatif dan Berkelanjutan.

Tantangannya adalah populasi dunia yang terus bertambah, dan dunia berada di bawah tekanan untuk memenuhi permintaan global akan pangan dan bahan bakar. Jadi, pertanyaan kunci yang perlu dihadapi Indonesia adalah bagaimana pemenuhan minyak sawit berkelanjutan dapat memenuhi permintaan dunia secara efisien, ekonomis, dan berkelanjutan.

karena bentuk pengakuan minyak sawit sudah terbukti dalam memberikan dampak positif terhadap ketahanan pangan global karena produktivitasnya yang tinggi, cakupan aplikasi yang luas, dan kemampuannya dalam meningkatkan ketahanan pangan. (T4)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP