Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto foto bersama di Pertemuan Nasional Petani Kelapa Sawit dalam rangka HUT ke-23 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) di Jakarta pada tanggal 7 Desember. Dok. Ekon.go.id
AGRICOM, JAKARTA - Industri kelapa sawit Indonesia telah menjadi pilar utama dalam ekspor nasional dan terus didorong oleh Pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2022, Indonesia berhasil menghasilkan 46,82 juta ton minyak kelapa sawit.
Sementara itu, perkebunan kelapa sawit rakyat mencakup luas 6,21 juta hektar atau sekitar 40,51% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun yang sama.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, "Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dan lebih dari 16 juta ton dihasilkan oleh petani rakyat." Pernyataan ini disampaikan saat beliau mewakili Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Nasional Petani Kelapa Sawit dalam rangka HUT ke-23 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) di Jakarta pada tanggal 7 Desember.
Baca juga : Harga Referensi Minyak Kelapa Sawit Menguat 5,94% di Periode Desember 2023
Pemerintah telah meluncurkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawit rakyat. Dalam periode 2017-2023, luas kebun rakyat yang telah diremajakan mencapai 306 ribu hektar, melibatkan 134 ribu petani, dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp8,5 triliun.
“Namun ini belum cukup. Arahan Bapak Presiden mau 300 ribu petani lagi,” ujar Menko Airlangga yang didampingi Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Dida Gardera yang belum lama dilantik.
Upaya lain yang dilakukan Pemerintah antara lain melalui Program Sarana Prasarana yang berupa pemberian bantuan benih, pupuk, pestisida, dan mesin pertanian. Dari sisi peningkatan sumber daya manusia pekebun sawit, Pemerintah juga telah memberikan bantuan program pendidikan dan pelatihan dengan jumlah penerima selama tahun 2023 mencapai lebih dari 7.000 orang dengan total dana Rp127 miliar.
Baca juga : Harga Referensi Biji Kakao Menguat 12,09% di Periode Desember 2023
“Pemerintah terus mendorong industri sawit ini. Dan saat ini nilai ekspor sawit merupakan andalan Indonesia, nilainya USD29,66 miliar di tahun 2022. Ini adalah ekspor terbesar bersama dengan nikel,” ujar Menko Airlangga dikutip Agricom.id dalam rilis.
Dalam HUT APKASINDO tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan tantangan industri sawit terkait kebijakan European Union Deforestation Free (EUDR) dan menekankan hal-hal penting yang harus segera diselesaikan APKASINDO terutama terkait verifikasi data keterlanjuran lahan dan Sertifikasi ISPO.
Menko Airlangga menuturkan setidaknya ada tiga hal mendasar yang menjadi tantangan ke depan yakni EUDR berpotensi mengeluarkan pekebun sawit dari rantai pasok global, General Data Protection Regulation yang mensyaratkan agar semua petani dengan produk-produk yang disasar EUDR menyerahkan data geolokasi kebun tanpa ada jaminan hukum bahwa data akan dilidungi, dan EUDR akan mengelompokkan negara dalam tiga kategori yakni risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi.
“Tentu kita ingin Indonesia risiko rendah. Oleh karena itu isu-isu keterlanjuran jadi prioritas utama Pemerintah,” ujar Menko Airlangga.
Baca juga : Kolaborasi Kementan – P3GI Dorong Produksi Tebu Rakyat Demi Wujudkan Swasembada Gula
Kemudian Menko Airlangga juga menuturkan bahwa Pemerintah RI bersama dengan Malaysia telah melakukan joint mission pada bulan Mei 2023 untuk menyatakan keberatan terhadap EUDR. Sebagai tindak lanjut, telah dibentuk Joint Task Force Indonesia-Malaysia dan EU yang bertujuan agar implementasi EUDR tidak merugikan negara-negara produsen.
“Pemerintah sudah buat joint mission. Saya berangkat dengan Deputi Perdana Menteri Malaysia untuk menggedor pintu Uni Eropa supaya mereka tidak membuat peraturan yang nafasnya imperialisme perkebunan. Jadi, kita ingin kemampuan nasional diutamakan,” tegas Menko Airlangga.
Selanjutnya terkait verifikasi data keterlanjuran lahan dan Sertifikasi ISPO, Menko Airlangga meminta agar kedua hal ini harus segera diselesaikan. Peningkatan Sertifikasi ISPO penting mengingat realisasi sertifikasi ISPO per 6 Desember 2023 sebanyak 819 sertifikat dimana 107 sertifikat merupakan kebun sawit rakyat dengan luas 426.000 ha.
Rendahnya realisasi sertifikasi ISPO untuk petani sawit rakyat mendorong Pemerintah melakukan perubahan regulasi dimana Pemerintah akan memberikan bantuan biaya sertifikasi ISPO untuk pekebun sawit rakyat. Bantuan tersebut diantaranya untuk kegiatan Tanda Daftar Usaha Perkebunan, Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan, Pelatihan sistem kendali internal, Pendampingan, serta Sertifikasi dan atau Penilikan.
Menko Airlangga juga menegaskan agar tim APKASINDO dalam jangka waktu satu bulan mampu penyelesaian berbagai permasalahan terkait verifikasi data keterlanjuran lahan maupun sertifikasi ISPO.
“Seluruh materi rapat sudah diselesaikan dan hasilnya konkret kesejahteraan untuk petani. 800 ribu hektar, 300 ribu petani,” pungkas Menko Airlangga. (A3)