Kabupaten Jayapura Dukung Studi Analisis Lanskap Papua Untuk Pembangunan Hijau Dan Revitalisasi Kakao

Kabupaten Jayapura Dukung Studi Analisis Lanskap Papua Untuk Pembangunan Hijau Dan Revitalisasi Kakao
Dok. IDH untuk Agricom.id

17 July 2024 , 14:44 WIB

Kegiatan Diseminasi dan Lokakarya bertajuk “Manajemen Lanskap Berbasis Tata Ruang untuk Pembangunan dan Revitalisasi Kakao di Kabupaten Jayapura” pada tanggal 11 Juli 2024 di Sentani, Jayapura.

 

AGRICOM, JAYAPURA - Pemerintah Kabupaten Jayapura, dengan dukungan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan lembaga konsultan Orien Spasia Ecoscape, menyelenggarakan kegiatan Diseminasi dan Lokakarya bertajuk “Manajemen Lanskap Berbasis Tata Ruang untuk Pembangunan dan Revitalisasi Kakao di Kabupaten Jayapura” pada tanggal 11 Juli 2024 di Sentani, Jayapura.

Kegiatan ini didasarkan pada hasil studi Orien Spasia mengenai analisis lanskap untuk mengevaluasi kelayakan implementasi agroforestri kakao di dataran rendah utara Papua. Studi ini bertujuan mendukung Pemerintah Kabupaten Jayapura dalam menerapkan tata kelola wilayah berkelanjutan berdasarkan analisis ilmiah mengenai kondisi lanskap.

Analisis dilakukan terhadap keseluruhan wilayah Provinsi Papua seluas 7.774.625 hektar, yang merupakan kawasan hutan utuh besar terakhir di Indonesia dan kawasan hutan tropis ketiga terluas di dunia. Secara khusus, analisis juga dilakukan untuk menilai karakteristik sistem perkebunan agroforestri kakao di Kabupaten Jayapura.

BACA JUGA: Kemenperin Inisiasi Pembentukan Kelembagaan Kakao dan Kelapa 

Agroforestri kakao telah diidentifikasi sebagai solusi alternatif untuk memperkuat pengelolaan lanskap dari ancaman deforestasi dan degradasi lahan, sekaligus sebagai sumber penghasilan dan modal, dengan mempertimbangkan susunan lanskap dan kondisi sosial ekonomi di Papua.

Dra. Delila Giay, M.Si, Asisten 2 Perekonomian Pembangunan Kabupaten Jayapura, dalam pidato sambutannya membuka kegiatan diseminasi mengatakan, Pemerintah Kabupaten Jayapura terus mengupayakan kakao menjadi komoditas unggulan dari wilayah, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Dukungan dan pendampingan oleh pemerintah, mitra pembangunan, maupun sektor swasta masih sangat dibutuhkan masyarakat untuk memberikan pelatihan, edukasi pengetahuan dan informasi yang benar mengenai cara pengelolaan kakao, yang diharapkan bisa memotivasi masyarakat menyediakan lahan untuk kakao sehingga kakao bisa menjadi ikon Kabupaten Jayapura”, ungkap Dra. Delila dari informasi yang Agricom.id terima.

BACA JUGA: Presiden Jokowi dan Mentan Amran Tinjau Produksi Kopi di Lampung Barat

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 18 jenis tutupan lahan yang ditemukan untuk keseluruhan wilayah, Provinsi Papua didominasi oleh hutan primer seluas 5.892.778 hektar dan hutan sekunder seluas 1.341.898 hektar. Namun, jumlah ini terus berkurang setiap tahunnya, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah lahan perkebunan dan permukiman yang masing- masing meningkat sebanyak lebih dari 20.000 hektar selama periode 2003-2022.

Analisis “Area Go & No Go” (Diperbolehkan & Tidak Diperbolehkan) dalam studi menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Papua maupun Kabupaten Jayapura terdiri dari wilayah dengan tutupan hutan alami dan Nilai Konservasi Tinggi/Stok Karbon Tinggi (NKT/SKT). Ketika dibandingkan dengan peta distribusi agroforestri kakao di Kabupaten Jayapura, sebanyak 2.686 ha agroforestri kakao terletak di area No Go Priority 1, 2.050 ha terdapat di area No Go Priority 2, 5.302 ha terdapat di area No Go Priority 3, dan sebanyak 4.300 ha terdapat di area Go.

Secara keseluruhan, jumlah perkebunan kakao hanya menempati hingga 1,03% (14.340 ha) area dari seluruh wilayah Kabupaten Jayapura, namun perkebunan kakao berperan penting dalam histori perubahan lanskap Jayapura. Untuk pengembangan agroforestri kakao. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP