AGRICOM, BOGOR - Sebagai produsen kedua terbesar karet alam dunia, Indonesia memiliki prospek cerah guna memaksimalkan produksi karet alam yang bersumber dari perkebunan karet Indonesia. Kendati mengalami tantangan berat di Tahun 2024 ini, akibat adanya anomali cuaca yang berakibat turunnya produksi karet alam nasional, namun menghasilkan Cuan dari Harga yang terus melambung.
Imbas dari anomali cuaca yang menyebabkan turunnya produksi karet alam nasional, menurut beberapa pakar karet alam dunia, menyebabkan rendahnya hasil produksi karet alam dunia termasuk Indonesia. Keberadaan perkebunan karet di Thailand sebagai produsen terbesar karet, mengalami penurunan produksi akibat adanya curah hujan berlebih, sedangkan badai angin kencang yang terjadi di China juga menjadi penyebab kesulitan memanen hasil karet alamnya. Penurunan produksi karet alam di Tahun 2024 diperkirakan akan mencapai minus 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya dan sebesar 14 juta ton. Diperkirakan beberapa analis pasar, karet alam akan mengalami kekurangan pasokan sebesar 1,2 juta metrik ton.
Adalah Helixtap Technologies sebagai perusahaan data yang fokus kepada komoditas karet bagi industri otomotif dan berbasis di Singapura, menjelaskan adanya penurunan produksi karet alam yang terjadi di dunia. Helixtap Technologies sendiri, baru diakuisisi Grup Smartkarma berbasis di Singapura yang merepresentasikan market komoditas dunia sebagai Global Investment Intelligence Platform.
BACA JUGA:
- EDITORIAL: Harga Komoditas Naik Terus
- Harga Karet di SGX Sicom Turun Rp 96 pada Jumat 22 November 2024
Menurut Farah Miller, CEO Helixtap yang sekarang menjabat Head of Commodity Sales at Smartkarma, menjelaskan keberadaan kompleksitas harga yang biasa terjadi pada harga karet alam dunia yang berhubungan erat terhadap keberadaan industri otomotif dan Industri Electrical Vehicle (EV), dikutip dari Pers Release awal September 2024 lalu.
Helixtap menjelaskan adanya anomali cuaca di sebagian besar daerah produsen karet alam dunia yang berimbas kepada penurunan produksinya. Akibat adanya penurunan produksi karet alam dunia, maka pasokan karet alam bagi pasar dunia tidak mencukupi, sehingga terjadi kenaikan harga karet alam yang cukup signifikan.
Merujuk kontrak acuan Oska, Jepang, harga karet alam melonjak hingga lebih dari 50%, mencapai level tertinggi dalam 13 tahun sebesar 419.7 yen (US$ 2,81). (A1)