Bappebti Perkuat Perdagangan Berjangka Komoditi di 2025

Bappebti Perkuat Perdagangan Berjangka Komoditi di 2025
Agricom.id

27 January 2025 , 23:18 WIB

AGRICOM, TANGERANG – Memasuki tahun 2025, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) berkomitmen untuk memperkuat Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sebagai instrumen strategis dalam mendukung perdagangan komoditas unggulan Indonesia melalui pembentukan harga acuan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya, dalam konferensi pers mengenai Capaian Kinerja Bappebti 2024 dan Langkah Strategis 2025 di Tangerang Selatan, Jumat (24/1). Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian acara Outlook dan Rapat Koordinasi Bappebti Tahun 2025 yang berlangsung pada 23–24 Januari 2025.

“Tahun ini akan menjadi tahun penuh tantangan. Oleh karena itu, Bappebti berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja di setiap sektor terkait. Komitmen ini menjadi langkah strategis kami dalam menghadapi tantangan perdagangan, baik global maupun domestik, dengan capaian kinerja 2024 sebagai bahan refleksi dan pijakan,” ujar Tirta, dikutip Agricom.id dari laman Kemendag.

BACA JUGA: Mendag Busan Tegaskan Larangan Permainan Harga MINYAKITA

Bappebti juga mendukung arahan Presiden RI dalam menyukseskan program swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi. Selain itu, Bappebti berperan aktif dalam mendukung tiga program utama Menteri Perdagangan, yaitu pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan pemberdayaan UMKM agar mampu menembus pasar ekspor. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan serta meningkatkan daya saing produk lokal.

Tantangan lain, lanjut Tirta, adalah adanya peralihan kewenangan pengaturan dan pengawasan aset  kripto  dan  derivatif  keuangan  dari  Bappebti  ke  Otoritas  Jasa  Keuangan  (OJK)  Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (IAKD), Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto; Derivatif Keuangan   yaitu Indeks Saham dan Single Stock dari Bappebti ke OJK Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif (PMDK), dan Bursa Karbon; serta derivatif pasar uang dan pasar valuta asing (PUVA) atau Forex dari Bappebti ke Bank Indonesia. Hal ini membuat Rencana Strategis Bappebti lima tahun  ke  depan harus dilakukan sedikit  refresh dan fokus pada penguatan  perdagangan berbasis komoditas.

Tirta menguraikan, sebagai refleksi dan pijakan langkah ke depan, sejumlah capaian Bappebti sepanjang 2024 memberikan optimisme untuk pertumbuhan PBK lebih baik di 2025 dan tahun- tahun mendatang.

Dari bidang Sistem Resi Gudang (SRG), pada 2024 terdapat 280  gudang  SRG  yang tersebar di 29 provinsi (144 kabupaten/kota) di Indonesia. Nilai transaksi SRG pada 2024 mencapai Rp2,87 triliun atau naik 202,64 persen dibandingkan dengan 2023 yang mencapai Rp946 miliar. Pembiayaannya pun mencapai  Rp1,89 triliun atau naik 199,36 persen dibandingkan dengan 2023 yang hanya sebesar Rp631 miliar.

”Beberapa komoditas SRG yang telah mampu mendorong terjaganya inflasi, antara lain beras, bawang merah, gula, ikan, gabah. Adapun yang mendorong penguatan ekspor nonmigas, antara lain kopi, beras organik, timah, lada, ikan, rumput laut, dan telur ikan terbang,” ungkap Tirta.

Selain itu, pada 2024, nilai transaksi Pasar Lelang Komoditas (PLK) mencapai Rp97,15 miliar atau naik 47,18 persen dibandingkan 2023 yang hanya sebesar Rp66,01 miliar. ”Kinerja SRG dan PLK masih  berpotensi  untuk  dikembangkan.  Optimalisasi  SRG  dan  PLK  menjadi  instrumen  penting untuk mendukung swasembada pangan, pengamanan pasar dalam negeri, dan perluasan pasar ekspor, serta tentunya meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan,” imbuh Tirta.

Sedangkan di bidang PBK, total nilai transaksi pada 2024 (national value) mencapai Rp33,21 triliun atau naik 29,34 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp25,67 triliun. Komoditas transaksi multilateral dalam transaksi PBK tersebut, antara lain timah, crude palm oil (CPO), emas, kopi, kakao, dan olein.

“Sebagai evaluasi, capaian kinerja PBK tersebut memang masih didominasi transaksi bilateral, sehingga perlu terus didorong penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, seperti CPO, olein, kopi, kakao dan pengembangan komoditas yang berpotensi dalam kontrak berjangka, antara lain nikel, karet, dan renewable energy certificates (RECs),” terang Tirta. (A3)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


TOP