AGRICOM, JAKARTA - Isu lingkungan, perubahan iklim global, dan keberlanjutan semakin menjadi perhatian utama dunia dalam beberapa tahun terakhir. Standar lingkungan yang ketat, tuntutan konsumen terhadap produk ramah lingkungan, serta program seperti net zero carbon emission (NZE) dan eco-labelling mendorong industri untuk terus berinovasi agar tetap kompetitif di pasar global.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen mencapai NZE pada 2050, sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional 2060. Langkah ini mendukung Paris Agreement dan diwujudkan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, efisiensi energi, serta ekonomi sirkular di berbagai sektor industri.
Sebagai tulang punggung perekonomian, sektor industri berperan besar dalam pengurangan emisi global. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Eko S. A. Cahyanto, menegaskan bahwa inovasi teknologi, kebijakan yang tepat, dan sinergi erat akan mempercepat pencapaian target NZE. Salah satu langkah konkret adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada 22 Januari antara Kemenperin, UWin Resources Regeneration Inc., dan PT Petrokimia Gresik untuk proyek percontohan teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon di industri petrokimia.
BACA JUGA: Kemenperin Dorong Hilirisasi Minyak Atsiri, Bangun Pusat Flavor dan Fragrance di Bali
Kemenperin telah menetapkan sembilan subsektor industri prioritas untuk dekarbonisasi, dengan fokus utama pada industri semen, pupuk, besi & baja, serta pulp dan kertas hingga 2030. Upaya yang dilakukan mencakup penggunaan teknologi rendah karbon, efisiensi energi, dan pencegahan polusi di seluruh rantai produksi guna mengurangi emisi industri secara signifikan.
Salah satu teknologi yang diharapkan dapat berperan besar dalam mengurangi emisi karbon adalah teknologi Carbon Capture Utilization (CCU). Teknologi ini memungkinkan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh proses industri dapat ditangkap, diproses, dan diubah menjadi produk berguna yang bisa dimanfaatkan oleh sektor industri lainnya. Dengan teknologi ini, industri dapat mengurangi emisi sambil menghasilkan produk yang bernilai ekonomi.
Dalam rangka mempercepat penerapan teknologi ini, Kemenperin bekerja sama dengan UWin Resources Regeneration Inc., yang memiliki pengalaman dalam mengembangkan teknologi Carbon Capture and Industrial Emission Reduction (CCIER). Proyek percontohan ini akan dilaksanakan di PT Petrokimia Gresik, yang termasuk dalam subsektor industri petrokimia yang menjadi prioritas dekarbonisasi. Kemenperin berharap proyek ini dapat menjadi contoh bagi industri lainnya untuk mengikuti jejak yang sama. Kemenperin juga membuka kesempatan kerja sama dengan stakeholder lain untuk mencapai target NZE pada tahun 2050.
"Proyek percontohan yang kami jalankan di PT Petrokimia Gresik ini adalah langkah awal yang sangat penting. Kami berharap teknologi CCU dapat diterapkan secara luas, tidak hanya di sektor petrokimia, tetapi juga di sektor-sektor lainnya yang menghasilkan emisi karbon tinggi," tambah Eko dikutip Agricom.id dari laman Kemenperin.
Kemenperin juga menekankan pentingnya kebijakan yang dapat mendorong pengurangan emisi di sektor industri. Saat ini, Kemenperin tengah menyusun kebijakan khusus yang bertujuan untuk memfasilitasi penerapan teknologi rendah karbon dan mendukung penerapan konsep ekonomi sirkular di sektor industri. Kebijakan ini akan memberikan panduan bagi perusahaan dalam mengurangi jejak karbon mereka, sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.
Penerapan konsep produksi bersih, efisiensi energi, serta simbiosis industri dalam kawasan industri juga menjadi bagian dari strategi dekarbonisasi yang diterapkan Kemenperin. Di kawasan industri, perusahaan-perusahaan dapat saling berkolaborasi untuk memanfaatkan produk sampingan dari proses produksi masing-masing, sehingga menciptakan ekosistem industri yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Langkah ini bertujuan untuk membangun ekosistem industri yang berkelanjutan, dimana setiap aktivitas produksi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.
Proyek percontohan ini diharapkan tidak hanya berhasil mengurangi emisi CO2, tetapi juga dapat mempercepat transformasi menuju industri hijau yang lebih berkelanjutan di Indonesia. "Kami berharap proyek ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan dan kawasan industri lainnya untuk mengadopsi teknologi yang dapat mengurangi dampak lingkungan, serta meningkatkan daya saing mereka di pasar internasional. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan Kawasan industri saat ini yang mulai bergerak ke arah transformasi menuju kawasan industri generasi keempat yaitu Smart-Eco Industrial Park," ungkap Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Tri Supondy.
Melalui langkah-langkah ini, Kemenperin yakin Indonesia dapat mewujudkan ekosistem industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta mendukung pencapaian target NZE pada 2050. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, pelaku industri, dan mitra internasional, Indonesia dapat memperkuat posisinya di kancah global sekaligus turut berperan aktif dalam mengatasi perubahan iklim global. (A3)