AGRICOM, JAWA TENGAH – Pembangunan sektor perkebunan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun ini mencakup tiga agenda utama; kegiatan reguler, program refocusing, serta hilirisasi berbasis Approach by Thematic (ABT). Langkah ini dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan guna memperkuat rantai nilai komoditas perkebunan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
“Program ABT merupakan upaya konkret pemerintah dalam memperkuat rantai nilai dari hulu ke hilir. Untuk Jawa Tengah, fokusnya pada hilirisasi tujuh strategi komoditas, yaitu tebu, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, dan pala,” jelas Abdul Roni Angkat, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan.
BACA JUGA: Jaga Stabilitas Pangan, Kemendag dan Kemenko Polkam Kawal Distribusi MINYAKITA di Sulut
Menurut Roni, hilirisasi akan membuat produk perkebunan tidak hanya dipasarkan dalam bentuk bahan mentah, tetapi juga diolah menjadi produk bernilai tambah sehingga memberikan dampak ekonomi yang lebih besar. Dari luas pengembangan hilirisasi secara nasional yang mencapai lebih dari 870 ribu hektare, Jawa Tengah ditetapkan sebagai salah satu prioritas provinsi, khususnya untuk komoditas tebu, kelapa, kopi, dan jambu mete.
Selain ABT, Kementan juga menyalurkan dukungan melalui kegiatan reguler dan program refocusing. Bentuknya meliputi pendampingan teknis, penguatan kelembagaan petani, penyediaan benih unggul, serta sarana dan prasarana produksi. “Dengan dukungan ini, kami berharap petani di Jawa Tengah semakin produktif, mandiri, dan berdaya saing, sehingga kontribusi perkebunan bagi perekonomian daerah terus meningkat,” tambah Roni, dikutip Agricom.id dari laman Ditjenbun Kementan.
Kebijakan ini sejalan dengan Arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan visi Presiden RI Prabowo Subianto yang menempatkan hilirisasi sebagai kunci peningkatan kesejahteraan petani sekaligus penguatan ekonomi nasional.
“Indonesia adalah negara agraris dengan iklim tropis sepanjang tahun. Oleh karena itu, Arah Presiden untuk memperkuat hilirisasi sangat tepat,” ungkap Mentan Amran.
Amran menambahkan, hilirisasi tidak hanya terjadi pada pangan pokok, tetapi juga pada komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi, kakao, pala, dan mete yang memiliki potensi ekspor besar. Pemerintah menargetkan strategi hilirisasi perkebunan ini terus diperkuat hingga tahun 2027 guna mendukung devisa negara dan mewujudkan kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal. (A3)