Agricom.id, Riau - Asian Agri memandang bahwa petani kelapa sawit swadaya memiliki peran penting dalam pengembangan bisnis perkebunan kelapa sawit di masa depan.
Menurut Edy Sukamto, Deputy Head Kemitraan, tantangan utama bagi kemitraan petani kelapa sawit swadaya adalah mengorganisir para petani menjadi kelompok dan membentuk wadah atau organisasi yang memadai.
Baca juga : Rombongan SMILE Berkunjung Ke Pabrik Kelapa Sawit Dan Biogas Asian Agri
Selain itu, efisiensi pemupukan, melalui pola pemupukan yang disarankan kepada kemitraan petani kelapa sawit swadaya adalah 4T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Dosis, Tepat Cara, dan Tepat Sasaran.
Capaian program SMILE hingga dewasa ini telah berhasil mencapai kemitraan dengan628 petani kelapa sawit swadaya, dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 1.665 hektar.
"Tahun 2030, Grup Asian Agri menargetkan kemitraan dengan 5000 petani kelapa sawit Swadaya", kata Edy menegaskan.
Rata-rata, sebelum kemitraan petani swadaya dilakukan, baru 15 ton tbs/ha/tahun. Ketika kemitraan sudah dilakukan, maka produktivitas bisa mencapai 20 ton tbs/ha/tahun.
Penggunaan pupuk, juga disarankan dari perusahaan, terutama penggunaan pupuk yang sudah melalui proses riset perusahaan.
Baca juga : RSPO Mendukung Kolaborasi Petani Kelapa Sawit Swadaya Di Provinsi Riau
Edy menjelaskan, awalnya program kemitraan petani kelapa sawit swadaya melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada petani swadaya, lalu berkembang untuk mengikuti sertifikasi RSPO melalui program SMILE.
Baca juga : SMILE Berhasil Bawa 390 Petani Sawit Swadaya Peroleh Sertifikat Berkelanjutan
Baca juga : Program SMILE Meningkatkan Kesejahteraan Petani Sawit
"Keunggulan utama Program SMILE, guna menyejahterakan petani kelapa sawit swadaya supaya lebih sejahtera di mada depan", tanda Edy menegaskan. (T1)