AGRICOM, JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sedang melakukan penelitian mendalam terhadap potensi ekspor Indonesia ke Tiongkok, terutama berkaitan dengan komoditas pertanian yang tersimpan dalam sistem resi gudang (SRG). Inisiatif ini terungkap dalam pertemuan antara Bappebti dan delegasi perdagangan rempah dari Kota Yulin, Tiongkok (Yulin People’s Association for Friendship with Foreign Countries), yang berlangsung di Jakarta pada hari Selasa (8/8).
Sekretaris Bappebti, Olvy Andrianita, menjelaskan, pertemuan ini merupakan langkah konkret untuk mendorong ekspor rempah dari gudang SRG menuju pasar global, khususnya ke Tiongkok. “Pertemuan ini juga bertujuan untuk meningkatkan implementasi Pasar Lelang Komoditas (PLK) dan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia," jelas Olvy, dikutip Agricom.id.
Wakil Ketua Delegasi Perdagangan Rempah dari Yulin, Sun Rujiun, memaparkan perkembangan industri, pertanian, dan perdagangan di Kota Yulin, Provinsi Guangxi. Yulin dikenal sebagai pusat distribusi, perdagangan, dan referensi harga rempah-rempah terbesar di Tiongkok. Lebih dari dua pertiga dari seluruh rempah-rempah dunia didistribusikan melalui Yulin, mencakup wilayah Tiongkok dan Asia Tenggara secara luas.
Tiga komoditas terpenting yang menjadi sektor inti industri rempah-rempah di Yulin adalah bunga lawang, kayu manis, dan gaharu. Yulin banyak mengimpor rempah dari India, Vietnam, Myanmar, dan negara lainnya, termasuk Indonesia. Komoditas rempah potensial di Indonesia yang banyak diekspor ke pasar global, antara lain lada, cengkeh, kayu manis, vanili, kapulaga, andaliman, dan pala.
"Volume perdagangan Yulin lebih dari 800 ribu ton tiap tahun. Volume perdagangan terbesar pada 2022 meliputi bunga lawang, lada, jintan, buah rumput, jahe pasir, kayu manis. Pada 2022, total impor dan ekspor rempah-rempah di Yulin mencapai CNY 10 miliar dan impor rempah-rempah mencapai 97 persen. Impor dilakukan karena kebutuhan rempah-rempah dalam negeri tidak terpenuhi dari Kota Yulin sendiri, seperti lada, jintan, kapulaga, cengkeh, adas pedas, dan cabai kering," papar Sun.
Menanggapi hal tersebut, perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Totok Hari Wibowo mengungkapkan, peluang Indonesia untuk bekerja sama dengan Tiongkok cukup besar. Hal ini mengingat Indonesia memiliki potensi rempah yang berkualitas tinggi.
“Indonesia memiliki komoditas rempah yang berkualitas tinggi serta memiliki potensi untuk dikembangkan dan dipasarkan ke dunia, seperti lada putih Muntok dari Bangka. Pemerintah akan mendorong agar fokus pada satu komoditas unggulan sehingga dapat meningkatkan derajat pelaku usaha atau petani,” ujar Totok.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan PBK Heryono Hadi Prasetyo menuturkan, Kementerian Perdagangan memiliki mekanisme lain dalam mendukung penguatan ekspor komoditas pertanian, termasuk rempah yaitu melalui program SRG dan PLK.
“SRG merupakan sistem penyimpanan komoditas di gudang yang membantu petani dan pelaku usaha dalam melakukan tunda jual pada saat harga turun. Dengan menyimpan komoditas di gudang SRG, pemilik barang akan memperoleh resi gudang sebagai bukti kepemilikan dan dapat diagunkan ke bank sebagai alternatif pembiayaan. Di dalam SRG, komoditas yang disimpan memiliki standar mutu yang baik karena telah melalui uji mutu sebelumnya,” jelas Heryono.
Heryono juga menyampaikan, dalam mekanisme SRG, pemerintah memiliki program Skema Subsidi
Resi Gudang. Maksudnya, pemilik komoditas di gudang SRG hanya akan membayar bunga pinjaman
6 persen per tahun dan selisih bunga merupakan subsidi dari pemerintah.
“Pemanfaatan SRG sebagai mekanisme pembiayaan berbasis komoditas dapat mendukung kegiatan eksportir komoditas yang diresigudangkan. Saat ini, telah muncul pengelola gudang dan pelaku SRG yang merupakan pelaku ekspor atau eksportir untuk beberapa komoditas, seperti kopi, rumput laut, beras organik, ikan,dan timah,” imbuh Heryono.
Dalam rangka mendukung implementasi SRG di Indonesia, PLK dapat membantu proses pemasaran komoditi SRG melalui lelang komoditas. PLK adalah pasar fisik komoditi terorganisir bagi pelaku usaha untuk bertransaski melalui sistem lelang. PLK diharapkan dapat membantu pemilik barang di gudang SRG untuk memasarkan komoditasnya dan membantu pelaku usaha (eksportir) memperoleh komoditas ekspornya.
“Program SRG dan PLK diharapkan akan mendorong peningkatan ekspor Indonesia termasuk rempah-rempah, seperti lada, gambir, pala, dan kayu manis. Mengingat rempah merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Yulin, diharapkan ekspor rempah ini memiliki prospek yang menjanjikan ke Tiongkok,” lanjut Heryono.
Olvy menambahkan, Bappebti terus berkomitmen untuk melaksanakan berbagai langkah guna memperkuat upaya dalam meningkatkan ekspor dan mempertahankan stabilitas harga serta ketersediaan bahan pokok di Indonesia. Di samping memperkuat sistem resi gudang (SRG), Bappebti juga tengah mengembangkan pasar lelang komoditas (PLK) dalam bentuk spot dan forward yang terintegrasi dengan SRG. Selain itu, Bappebti juga tengah mengarahkan perhatian pada pengembangan perdagangan berjangka komoditi (PBK) melalui kebijakan penetapan harga acuan (price reference) untuk komoditas-komoditas strategis, seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO), yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan untuk tahun ini. (T4)