AGRICOM, JAKARTA - Pada bulan Juli 2023, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 20,88 miliar, mengalami kenaikan sekitar 1,36 persen dibandingkan dengan bulan Juni 2023 (MoM). Peningkatan tersebut didorong oleh naiknya ekspor sektor nonmigas sebesar 1,62 persen, meskipun ekspor sektor migas mengalami penurunan sebesar 2,61 persen MoM.
Sektor pertanian menjadi yang mengalami peningkatan ekspor tertinggi, yaitu sekitar 4,52 persen, diikuti oleh sektor industri yang meningkat sebesar 3,94 persen (MoM). Namun, ekspor sektor pertambangan mengalami kontraksi sebesar 8,17 persen (MoM) karena penurunan dalam beberapa komoditas pertambangan seperti lignit, batubara, dan bijih tembaga.
Ditinjau berdasarkan negara mitra dagang, surplus perdagangan Indonesia bulan Juli 2023 terjadi dengan beberapa negara mitra dagang utama di antaranya India dengan nilai sebesar USD 1,30 miliar. Kemudian, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,10 miliar dan Filipina sebesar USD 0,72 miliar. Sementara itu, negara penyumbang defisit perdagangan pada Juli 2023 adalah Australia (USD 0,65 miliar), Tiongkok (USD 0,57 miliar), dan Jerman (USD 0,46 miliar).
“Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2023 didorong berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Kinerja ekspor nonmigas yang positif tersebut terutama bersumber dari peningkatan ekspor beberapa produk unggulan Indonesia,”ujar Mendag Zulkifli Hasan, dikutip Agricom.id dalam rilis.
Baca juga : Lepas Ekspor Komoditas Pertanian Serentak Ke 176 Negara, Wapres Soroti Pentingnya Hilirisasi Pertanian
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami kenaikan pada Juli 2023 antara lain barang dari besi dan baja (HS 73) naik 47,33 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik 43,29 persen, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) naik 20,84 persen, tembakau dan rokok (HS 24) naik 15,97 persen, serta bahan kimia anorganik (HS 28) naik 13,61 persen (MoM).
Di tengah peningkatan ekspor bulan Juli 2023, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami penurunan cukup signifikan, di antaranya bijih, terak, dan abu logam (HS 26) yang turun 16,46 persen; serat stapel buatan (HS 55) turun 10,84 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) turun 7,64 persen; kertas, karton dan barang daripadanya (HS 48) turun 7,26 persen; serta bahan bakar mineral/batubara(HS 27) turun 6,93 persen MoM.
Ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2023 menunjukkan peningkatan pada sebagian besar negara mitra dagang utama. Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia terbesar secara bulanan (MoM) terjadi ke Qatar yang naik 78,14 persen, ke Polandia naik 50,27 persen, Hongkong naik 21,77 persen, Meksiko naik 17,91 persen, serta Uni Emirat Arab naik 16,67 persen.
Baca juga : Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Terima Kunjungan Ketua Parlemen Thailand: Upaya Penguatan Harga Karet
Peningkatan kinerja ekspor ke Qatar utamanya didorong oleh kenaikan ekspor barang dari besi dan baja (HS 73) yang naik 88,25 persen dan kendaraan dan bagiannya (HS 87) yang naik 52,38 persen (MoM). Sedangkan kenaikan ekspor ke Hongkong utamanya didorong oleh kenaikan ekspor logam mulia dan perhiasan (HS 71) yang naik 43,48 persen serta bahan bakar mineral (HS 27) yang naik 13,09 persen (MoM).
Ditinjau dari kawasan, peningkatan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Karibia yang naik 115,96 persen, Asia Lainnya naik 23,88 persen, Eropa Timur naik 18,92 persen, Asia Timur naik 5,83 persen, serta AmerikaUtara naik 5,59 persen (MoM).
Secara kumulatif, ekspor selama periode Januari--Juli 2023 mencapai USD 149,53 miliar atau turun 10,27 persen dari periode yang sama tahun 2022 (YoY). Penurunan nilai ekspor tersebut didorong oleh melemahnya ekspor nonmigas sebesar 10,76 persen dan ekspor migas sebesar 1,78 persen (YoY).