AGRICOM, JAKARTA - Selama hampir dua puluh tahun, RSPO telah menjadi pionir dalam menginisiasi perubahan global dalam produksi dan konsumsi minyak sawit yang berkelanjutan. Mulai dari 200 anggota di 16 negara pada tahun 2004, RSPO kini telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan lebih dari 5.700 anggota yang tersebar di lebih dari 100 negara di seluruh dunia.
Pada Konferensi Meja Bundar Tahunan (RT2023) yang bertemakan "Mitra untuk 20 Mendatang", RSPO mencatat sejarah baru yang menggambarkan dampak positif yang telah dihasilkan selama hampir dua dekade melalui upaya kolaboratif anggota dan mitra RSPO. RT2023 menjadi platform untuk tindakan bersama dalam mengatasi tantangan utama di industri minyak sawit berkelanjutan, termasuk upaya mitigasi perubahan iklim, peningkatan penggunaan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat (CSPO), perlindungan hak-hak buruh, dan memfasilitasi inklusi petani kecil dalam rantai pasokan yang ramah lingkungan dengan mematuhi peraturan internasional yang berlaku.
CEO RSPO, Joseph D’Cruz dalam sambutannya menyoroti bahwa melalui aksi sukarela selama hampir dua dekade, anggota RSPO telah bersatu untuk meningkatkan standar keberlanjutan dalam industri ini. Dampak yang berhasil dicapai secara kolektif semakin diakui oleh para pemangku kepentingan di luar industri, dan terlihat adanya perubahan nyata dalam narasi tentang minyak sawit berkelanjutan yang mendukung upaya RSPO.
Baca juga : Sertifikasi Minyak Kelapa Sawit RSPO di Indonesia Meningkat 19 Persen
"Sebagai kemitraan global dalam mewujudkan minyak sawit berkelanjutan, kita harus terus melangkah maju, mengeksplorasi wilayah baru, dan terus berkembang. Saat ini, ada peluang bagi kita untuk melampaui standar dan sistem sertifikasi, serta mengembangkan alat yang memungkinkan industri menunjukkan keberlanjutan sesuai dengan tuntutan pasar, regulator, dan pelanggan saat ini," ungkap Joseph D’Cruz dikutip Agricom.id dalam konferensi pers RT2023 di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (21/11)
Pencapaian utama RSPO selama dua dekade terakhir terus menjadi perhatian, termasuk peningkatan luas lahan bersertifikat global dari sebelumnya hanya mencapai 125.000 hektar pada tahun 2008, kini menjadi 4,9 juta hektar yang tersebar di 23 negara pada tahun 2023.
Pasokan Minyak Sawit Berkelanjutan Bersertifikat (CSPO) mencapai tonggak sejarah baru yang mencapai 15,4 juta metrik ton, sementara lisensi Merek Dagang RSPO telah meningkat secara drastis menjadi lebih dari 1.600 lisensi terdapat di lebih 100 negara dan kawasan, dengan pertumbuhan yang terlihat di Tiongkok, Jepang dan Asia Tenggara, yang menandakan adanya peluang besar di pasar-pasar tersebut. RSPO Smallholder Support Fund (RSSF) telah menyediakan dana sebesar US$ 4,2 juta untuk mendukung 44.203 petani di 12 negara sejak tahun 2013.
Baca Juga : Program Kesatria: Kementan Optimalkan Produksi Jagung Nasional Dilahan Kelapa Sawit
Mewakili 40% dari total produksi minyak sawit di negara-negara produsen utama, petani kecil menjadi perhatian utama di RT2023, fokus pada peluang dan jalan untuk memfasilitasi inklusi yang lebih besar dalam rantai pasok ramah lingkungan melalui kepatuhan terhadap peraturan internasional yang telah terbit.
Dalam rangkaian memetakan wilayah baru, Sistem Sertifikasi, Perdagangan dan Ketelusuran RSPO (Certification, Trade and Traceability System/CTTS), yang diluncurkan pada bulan Oktober
2023 dengan pembentukan konsorsium tripartit yang terdiri dari para ahli teknologi pertanian global, memberikan contoh bagaimana organisasi ini memajukan dan mendigitalisasi sistem ketelusuran. Hal ini berakar pada solusi-solusi terbaik di bidangnya yang akan mampu memenuhi kebutuhan saat ini dan mengantisipasi kebutuhan yang berkembang pesat di masa depan, untuk memenuhi peraturan global yang semakin ketat, dimulai dengan Peraturan Deforestasi UE (EUDR), dan secara aktif terlibat dengan Komisi Eropa untuk berbagi pengetahuan mengenai topik ini dengan semua pihak terkait.
Anne Rosenbarger dan José Roberto Montenegro, Ketua Dewan Gubernur RSPO, bersama-sama menyerukan agar keberhasilan selama 20 tahun terakhir dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan lebih lanjut melalui tindakan kolektif dan pendekatan inovatif.
“RSPO berkembang secara strategis untuk menghadapi tantangan saat ini dan yang akan datang, termasuk perubahan sesuai dengan peraturan dan pasar, serta meningkatkan kemampuan audit dan penerapan standar dan sistem Penjaminan kami saat ini agar siap terhubung dengan platform keberlanjutan industri yang lebih luas,” kata Anne.
Setelah melakukan tinjauan yang komprehensif dan konsultatif terhadap Prinsip dan Kriteria RSPO 2018 serta Standar Petani Swadaya RSPO 2019, proses revisi teknis sedang dilakukan untuk menghasilkan serangkaian standar terbaru pada tahun 2024.
Konferensi ini juga menampilkan Penghargaan Keunggulan RSPO, yang menampilkan 15 anggota RSPO yang dinominasikan untuk kontribusi mereka yang luar biasa dalam mewujudkan minyak sawit berkelanjutan. Para pemenang adalah DSN Group untuk Inovasi; Bumitama Agri Lt. untuk Kepemimpinan untuk Konservasi, Musim Mas untuk Dampak terhadap Petani; Cheyenne Mountain Zoo bagi Komunikasi untuk Kebaikan, dan WWF International untuk Tanggung Jawab Bersama. (A3)