Indonesia dan Uni Eropa menegaskan kembali komitmen kedua pihak untuk menyelesaikan perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA). Foto: Ist
AGRICOM, BRUSSELS – Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Pada 2022, total perdagangan Indonesia—Uni Eropa tercatat sebesar USD 33,2 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Uni Eropa tercatat sebesar USD 21,5 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Uni Eropa sebesar USD11,7 miliar.
Ekspor andalan Indonesia ke Uni Eropa pada 2022 adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, asam lemak monokarboksilat industri, batu bara, tembaga, dan alas kaki dengan bagian atas terbuat dari bahan kulit. Sementara impor utama Indonesia dari Uni Eropa adalah pipa dari besi dan baja, obat- obatan, vaksin, mesin pembuat bubur kertas, serta kertas atau karton daur ulang.
Indonesia dan Uni Eropa menegaskan kembali komitmen kedua pihak untuk menyelesaikan perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA). Penegasan itu mengemuka pada pertemuan bilateral antara Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono dengan Direktur Jenderal untuk Perdagangan Komisi Eropa Sabine Weyand pada Kamis, (7/12) di Brussels, Belgia.
Baca juga : Mentan Amran Dorong Persatuan Asosiasi Sawit di Acara Pengukuhan ASPEKPIR
Pertemuan dilakukan di sela Perundingan Putaran ke-16 IEU-CEPA yang berlangsung pada 4—8 Desember 2023. Pada putaran ini, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Kemendag, Johni Martha. Sementara Delegasi Uni Eropa (UE) dipimpin oleh Deputy Head of Unit for South and South East Asia, Australia and New Zealand European Comission, Fabien Gehl.
“Kami mendorong kedua kelompok perunding untuk mengintensifkan komunikasi dan pertemuan sehingga seluruh isu runding dapat segera diselesaikan. Meskipun masih ada permasalahan yang belum terselesaikan, kami yakin kita tetap dapat mencapai kesepakatan yang berkualitas dan saling menguntungkan,” tegas Djatmiko.
Sementara Johni mengungkapkan, pada putaran ini, kedua tim perunding berhasil mencapai kemajuan dan selangkah lebih dekat menuju penyelesaian.
"Secara umum, kemajuan dicapai di seluruh isu runding, termasuk disepakatinya secara substansial Bab Penyelesaian Sengketa. Bab tersebut merupakan Bab ke-8 di bawah Perundingan IEU-CEPA yang berhasil disepakati kedua pihak. Kemajuan positif juga terkait Hambatan Teknis Perdagangan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," jelas Johni.
Baca juga : Kementan Perkuat Inklusivitas Petani dalam Tata Kelola Rantai Nilai Kelapa Sawit Berkelanjutan
Terdapat 14 isu perundingan yang dibahas dalam putaran ini. Isu-isu tersebut yaitu perdagangan barang, klausul anti-fraud (antipenipuan), perdagangan jasa, perdagangan digital, investasi, penyelesaian sengketa investasi, pengadaan barang/jasa pemerintah, perdagangan dan pembangunan berkelanjutan, penyelesaian sengketa, ketentuan institusional, BUMN, subsidi, ketentuan asal barang, sistem pangan berkelanjutan, serta hambatan teknis perdagangan.
Johni juga mengungkapkan, kedua pihak menunjukkan semangat dan optimisme dalam mengakselerasi penyelesaian perundingan. “Pada putaran ini, saya melihat kedua pihak berdiskusi dengan semangat kerja sama dan orientasi penyelesaian negosiasi sebagaimana ditargetkan Presiden Joko Widodo dan Presiden Ursula von der Leyen, yakni pada 2024,” tambah Johni. (A3)