aktif mempercepat produksi karet Indonesia dengan mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) di area seluas 25 Hektar di kebun karet Kelompok Tani Mandiri, Desa Dema, Anjungan, Mempawah, Kalimantan Barat. Foto: Humas Ditjetbun
AGRICOM, PONTIANAK – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan bersama UPT Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak, sedang aktif mempercepat produksi karet Indonesia dengan mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) di area seluas 25 Hektar di kebun karet Kelompok Tani Mandiri, Desa Dema, Anjungan, Mempawah, Kalimantan Barat.
Menurut Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, karet merupakan salah satu komoditas ekspor utama Kalimantan Barat, di mana hampir 99,32% kebun karet di wilayah tersebut dimiliki oleh petani. Oleh karena itu, pengendalian tanaman karet secara terus-menerus sangat penting. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pemetaan hasil dan koordinasi dengan Dinas setempat serta respon terhadap laporan serangan JAP dari para petani karet.
“Kita harus merespon cepat serangan tersebut, agar tidak semakin meluas dampaknya, serta hasil produksi terkendali dan terjaga mutu kualitasnya,” ujar Andi Nur, dikutip Agricom.id dari laman Kementan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas perkebunan karet di Kabupaten Mempawah sebesar 7.191 ha, produksi karet di Kabupaten Mempawah mencapai 2.961 Ton dengan estimasi produktivitas mencapai 652 Kg/Ha dengan kontribusi sebanyak 4.850 Petani (KK), sedangkan dari data Sipasibun, harga karet perkilogram per Januari 2024 di Kalimantan Barat mencapai Rp7.333/kg, sehingga estimasi nilai produksi karet di Kabupaten Mempawah mencapai Rp23.208.945.000.
“Ini membuktikan keberlangsungan karet berdampak signifikan terhadap kebutuhan petani. Untuk itu mari kita perkuat dan jaga keberlanjutan karet Indonesia,” ujarnya.
Ia menekankan, harus segera dilakukan penanganan yang tepat, karena jamur ini menyerang tanaman pada semua fase, mulai dari pembenihan hingga tanaman menghasilkan, sehingga tanaman karet yang terserang mudah tumbang. Serangan berat JAP dapat mengakibatkan kematian terutama pada tanaman berumur 2-6 tahun.
Selain pengendalian penyakit JAP, juga dilakukan cara memancing hifa/miselia jamur R. microporus melalui metode mulching untuk mendeteksi ada tidaknya serangan JAP.
Lebih lanjut Andi Nur menjelaskan, pengendalian penyakit JAP di Kabupaten Mempawah ini dilakukan secara swadaya oleh kelompok tani setempat dan didampingi oleh tim Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan BPTP Pontianak. “Melalui pengendalian penyakit JAP diharapkan produktivitas tanaman karet semakin berkualitas dan kesejahteraan petani pun ikut meningkat,” harap Andi Nur. (A3)