Ilustrasi tumpang sari tanaman jagung di kebun sawit. Foto: Disbun Kaltim
AGRICOM, PANGKALAN LADA - Petani kelapa sawit di Indonesia terus berupaya mengembangkan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan nilai tambah dari usaha mereka. Salah satu inovasi yang diterapkan adalah praktik tumpang sari, khususnya dalam proses meremajakan perkebunan kelapa sawit.
Pendekatan ini telah berhasil diterapkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Karya Mandala Makmur, yang berlokasi di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Petani kelapa sawit di BUMDES ini menanam beragam tanaman seperti jagung, cabai rawit, terong, pare, dan semangka di lahan seluas 49 hektare,. Hasilnya, setidaknya para petani yang tergabung dalam kelompok ini mampu menambah pendapatan hingga Rp 8 juta. Menurut Group Manager BUMDES KMM, Sartono, pemilihan jenis tanaman didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan potensi pasar yang luas.
Baca juga: Apical Group Dukung UMKM Melalui Program Kreasi Rasa
Sejak ditanam pada November 2023, BUMDES telah berhasil memanen sejumlah tanaman. Panen pertama telah menghasilkan jagung sebanyak 4,2 ton per hektare, cabai rawit 0,75 ton per hektare, pare 25 ton per hektare, dan semangka 11 ton per hektare. Hasil panen tersebut dijual oleh petani ke Pasar Karang Mulya, Pangkalan Bun, dan pendapatannya digunakan untuk keperluan pribadi masing-masing.
“Hasil panen tanaman sela ini dijual oleh masing-masing petani ke Pasar Karang Mulya, Pangkalan Bun dan pendapatannya dimanfaatkan sendiri oleh mereka yang melakukan tumpang sari,” ujarnya dikutip AGRICOM dari laman Fortasbi ditulis Jumat (23/2/2024).
Tumpang sari menjadi strategi penting bagi BUMDES KMM dalam mengoptimalkan lahan di perkebunan kelapa sawit, terutama untuk mengatasi area lahan yang belum produktif atau sedang dalam tahap pertumbuhan (TBM). Meskipun tantangan seperti tingginya harga pupuk menjadi hal yang harus dihadapi, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi petani.
Baca juga: Kementan Genjot Produksi Karet di Pontianak
Sartono mengajak petani lain yang sedang melakukan peremajaan untuk mengikuti jejak BUMDES dalam memanfaatkan lahan dan meningkatkan pendapatan. Tumpang sari bukan hanya merupakan langkah untuk menjaga kondisi lahan tetap subur, tetapi juga memberikan tambahan penghasilan bagi petani, terutama di masa tanaman utama kelapa sawit belum dapat di panen.
Praktik tumpang sari ini sejalan dengan konsep Pertanian Regeneratif yang bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman tanaman di ladang, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga dan hasil pertanian lebih produktif. Dengan memanfaatkan beragam tanaman, nutrisi yang diperlukan oleh tanah dapat dipenuhi secara optimal, sehingga menciptakan lingkungan pertanian yang berkelanjutan. (T2)