AGRICOM, TANGERANG – Kali ketiga Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sukses menggelar acara Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2024 yang dilaksanakan di ICE BSD, Tangerang.
Salah satu rangkaian acara adalah Focus Group Discussion (FGD) bertema Investasi Subsektor Perkebunan Menuju Indonesia Emas 2045, pada Kamis (12/9).
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan, investasi dalam subsektor perkebunan memiliki peran penting dalam mencapai visi Indonesia Emas 2024, yang berfokus pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan sektor-sektor strategis.
“Subsektor perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan teh, merupakan komoditas unggulan yang menyumbang devisa besar bagi negara dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan,” ujar Heru, dikutip Agricom.id dari laman resmi Ditjenbun.
Sejalan dengan itu, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ardi Praptono menyebut komoditas perkebunan berkontribusi besar pada PDB Nasional dan merupakan produsen utama global untuk produk-produk strategis perkebunan seperti sawit, kelapa, dan cengkeh produsen utama nomor satu; karet kedua; kopi, kakao, pala, lada nomor tiga.
“Potensi subsektor perkebunan Indonesia menjadi penyumbang nilai ekspor yang terbesar, lebih besar dari migas (data BPS Tahun 2022), dengan jutaan petani kecil terlibat mendorong terciptanya lapangan kerja langsung maupun tidak langsung. Selain itu, sebagai alternatif ketahanan energi pengganti bahan bakar fosil (bioenergi),” tambah Ardi.
BACA JUGA: Sektor Perkebunan Terbukti Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari Kementerian Investasi, Direktorat Deregulasi Penanaman Modal, D. Rizky mengungkapkan pemerintah terus mendorong percepatan investasi termasuk di sektor pertanian baik lokal maupun asing melalui kebijakan-kebijakan yang memudahkan investasi dengan tetap memperhatikan regulasi yang sesuai dengan iklim usaha di Indonesia. Tren investasi perkebunan sejak tahun 2020 hingga Juni 2024 cenderung meningkat dan positif sehingga ini menjadi salah satu penyumbang investasi terbesar.
Selanjutnya, Direktur Analisis Informasi dan Manajemen Krisis Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sujanto mengatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dengan seluruh stakeholder dalam mewujudkan industri perkebunan di pasar modal yang berkelanjutan dan aman bagi investor. Melalui kebijakan yang mendorong penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta perlindungan investor yang optimal,OJK memastikan iklim investasi yang kondusif dan bersama dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor perkebunan yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing global.
Di lain pihak, Direktur PT. Wahana Gula Investama, Sri Suryani Ekawati menyampaikan perkebunan merupakan penyumbang devisa negara yang besar namun punya pelbagai tantangan seperti deforestasi, isu sosial, perubahan iklim. Peran strategis perkebunan dalam pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, ekspor komoditas memberikan pendapatsn devisa, perkembangan teknologi dan inovasi dalam budidaya perkebunan.
Dalam pembangunan subsektor perkebunan, saat ini kondisinya belum optimal. “Posisi perusahan perkebunan kita harus dilakukan peremajaan karena cenderung tidak produktif, perusahaan benih pasti akan memiliki prospek yang cerah karena banyak yang mencari dan membutuhkan benih unggul, jangan takut untuk berinvestasi pada subsektor perkebunan maupun menjadi pengusaha dalam bidang perkebunan. Mari kita jadikan perkebunan menjadi landasan ekonomi yang kuat untuk negara kita,” jelas Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Secara terpisah, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono menghimbau agar berfokus pada peningkatan produktivitas, keberlanjutan, serta investasi pada sektor hilir dan infrastruktur, subsektor perkebunan dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2024. “Melalui strategi ini, subsektor perkebunan tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam pasar komoditas global yang berkelanjutan,” imbuh Sudaryono. (A3)