AGRICOM, BOGOR - Sebagai produsen komoditas terbesar berbasis Sumber Daya Alam (SDA), Indonesia memiliki peluang besar menghasilkan komoditas dunia. Seperti produsen terbesar dunia akan minyak sawit mentah (CPO) yang saat ini mampu menyuplai hingga 60% kebutuhan konsumsi dunia. Sebagai produsen terbesar kedua dunia, karet alam juga menyuplai kebutuhan dunia hingga 14% lebih.
Kabar baik dari kedua komoditas berbasis SDM yaitu minyak sawit dan karet alam, membawa kabar gembira bagi Indonesia, lantaran keberadaan kedua komoditas ini, mengalami kenaikan harga menjelang akhir tahun. Keberadaan produksi yang mengalami penurunan berpengaruh terhadap pasokan kebutuhan konsumsi dunia. Alhasil, harga kedua komoditas ini, merangkak naik.
Sebagai produsen terbesar kedua dunia akan karet alam dibawah Thailand. Indonesia juga memegang peranan penting dalam menyuplai kebutuhan industri otomotif yang selalu membutuhkan karet alam. Terutama pada kebutuhan bantalan karet, bearing karet dan ban kendaraan.
BACA JUGA: PTPN Grup Targetkan Produksi Gula 850 Ribu Ton di Tahun Giling 2024
Konsumsi otomotif juga berlanjut pada kendaraan listrik (Electrical Vehicle/EV) yang terus bertambah produksinya. Alhasil, konsumsi akan karet alam terus bertumbuh dan berbanding terbalik dengan produksinya yang mengalami stagnasi. Bahkan diperkirakan para pakar market karet alam, tahun 2024 ini akan mengalami penurunan hingga 4,5%.
Di sisi lain, keberadaan produksi di negara Thailand sebagai produsen terbesar dunia, mengalami penurunan produksi. Demikian pula dengan Indonesia dan China yang mengalami keadaan serupa. Penurunan produksi ini, diprediksi akibat keadaan anomali iklim dan cuaca yang kurang bersahabat, sehingga menghambat proses perawatan hingga hasil panennya.
Sekalipun banyak persoalan di proses produksi karet alam, namun keberadaan komoditas ini masih dibutuhkan pasar dunia. Di sisi lain, keberadaan perkebunan karet yang banyak dimiliki masyarakat Indonesia sebagai petani karet juga akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan hidupnya.
BACA JUGA: Kontribusi ESG Sawit Menggapai SDGs
Memang masih ada persoalan besar dalam sistem perdagangan karet, dimana pasar karet alam domestik, tidak langsung bersentuhan harga jualnya dengan pasar global. Namun, seiring berjalannya waktu, keberadaan pasar global akan terus terbuka dan menyaratkan adanya keterlibatan rantai pasok hingga produsen karet alamnya.
Seperti pasar Uni Eropa yang menyaratkan European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang akan mewajibkan kepada setiap pemasok produk komoditas ke Uni Eropa harus menyediakan informasi yang valid mengenai sumber pasokannya. Batas akhir kesiapan pemasok dari petani ditargetkan hingga akhir 2026 nantinya.
Setidaknya, keberadaan komoditas karet alam yang juga masih dibutuhkan pasar Uni Eropa, kendati tidak terlalu besar, namun dapat diterapkan guna membantu tata kelola perkebunan karet berkelanjutan. Mari kita bersama membangun kesejahteraan petani karet di Indonesia! Semoga. (A1)