AGRICOM, BLITAR– Menteri Perdagangan Budi Santoso, atau Mendag Busan, mendorong produsen coklat di Blitar untuk memperluas pasar hingga ke mancanegara melalui ekspor. Menurutnya, coklat asal Indonesia memiliki kualitas yang mampu bersaing di tingkat global.
Sebagai upaya mendukung ekspor coklat lokal, Kementerian Perdagangan menjalankan program prioritas bernama UMKM BISA Ekspor (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor).
Pernyataan tersebut disampaikan Mendag Busan saat mengunjungi Kampung Coklat di Blitar, Jawa Timur, pada Selasa (4/2). Kunjungan ini turut dihadiri oleh Bupati Blitar, Rini Syarifah, serta didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kemendag, Isy Karim.
BACA JUGA: Harga Patokan Ekspor (HPE) Biji Kakao Naik 5,36 Persen di Periode Februari 2025
“Kami melihat besarnya kapasitas produksi coklat serta potensi wisata di Kampung Coklat Blitar. Bahan baku coklat diperoleh dari petani setempat dan wilayah sekitar Jawa Timur, kemudian dipasarkan di dalam negeri. Dengan pencapaian ini, kami ingin mendorong produsen coklat Blitar untuk lebih aktif menembus pasar ekspor,” ujar Mendag Busan dikutip Agricom.id dari laman resmi Kemendag.
Selain kapasitas produksi yang besar, Mendag Busan juga mengapresiasi peran Kampung Coklat dalam mendukung UMKM di sekitarnya. Kampung Coklat tidak hanya membantu pelaku usaha kecil, tetapi juga mengembangkan konsep desa wisata dan program edukasi coklat bagi anak-anak.
Mendag Busan mengatakan, ada sejumlah peluang yang terbuka jika para produsen coklat lokal ikut memanfaatkan UMKM BISA Ekspor. Selain membuka pasar ekspor bagi coklat lokal, UMKM BISA Ekspor juga dapat mengoptimalkan upaya hilirisasi coklat. Sehingga, Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk coklat jadi alih-alih ekspor bahan baku.
“Kami mengajak produsen coklat dan UMKM coklat untuk ikut Program UMKM BISA Ekspor. Kami ingin coklat yang beredar di pasar global benar-benar datang dari negara produsen coklat. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi eksportir bahan baku dan pasar produk coklat yang sudah jadi,” kata Mendag Busan.
BACA JUGA: Harga Referensi CPO Melemah Periode Februari 2025, Tarif BK dan PE CPO ditetapkan USD 195,6 per MT
Kampung Coklat telah beberapa kali ikut serta dalam program pengembangan kapasitas pelaku usaha untuk keperluan ekspor. Kampung Coklat termasuk salah satu perusahaan yang difasilitasi Kemendag untuk mendapatkan sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) pada 2024. Pada tahun tersebut, peminat fasilitasi HACCP mencapai 500 perusahaan.
Selain itu, Kampung Coklat merupakan salah satu peserta dalam New Export Breakthrough (NEXT) Kemendag 2024. Program tersebut merupakan kerja sama Kemendag dengan Business & Export Development Organization (BEDO). Program ini terdiri atas pendampingan ekspor secara daring dan tatap muka selama satu tahun untuk perusahaan terpilih di sektor perkebunan.
Pada 2024, negara tujuan ekspor kakao dan produk kakao Indonesia meliputi India, Amerika Serikat, Malaysia, Tiongkok, dan Estonia.
Selain dorongan untuk merambah pasar ekspor, Mendag Busan juga mendorong perluasan akses pasar domestik untuk produk-produk coklat lokal. Caranya, dengan memperkuat kemitraan antara produsen coklat dan jaringan ritel. Harapannya, kemitraan tersebut mampu memperluas pemasaran produk coklat di tingkat domestik sehingga makin dikenal masyarakat.
“Kami lihat, Kampung Coklat sudah bermitra dengan ritel-ritel lokal di Jawa Timur. Kami harap, pemasaran semakin meluas ke berbagai ritel di seluruh Indonesia. Sehingga, produk -produk coklat Blitar juga dapat ditemui di berbagai swalayan dan minimarket di semua kota di Indonesia,” pungkas Mendag Busan. (A3)