AGRICOM, KETAPANG – Petani sawit swadaya memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan kolaborasi berbagai pihak, petani swadaya dapat terus mengembangkan praktik berkelanjutan, menjawab tuduhan negatif, serta menunjukkan bahwa sawit dapat dikelola dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Untuk menunjukkan komitmen petani sawit swadaya dalam menjaga lingkungan, Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (Fortasbi) mengajak jurnalis dalam perjalanan lapangan ke Kalimantan dan Sumatera. Kunjungan dilakukan di Perkumpulan Petani Mitra Harapan (PPMH) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kegiatan ini bertujuan memperlihatkan langsung bagaimana petani swadaya mengelola perkebunan mereka secara berkelanjutan.
Menurut Communications Fortasbi, Alwan Ridha Ramdani, praktik baik yang diterapkan petani swadaya memang tidak selalu besar, tetapi memiliki dampak positif. Selain berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, mereka juga berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan generasi mendatang.
BACA JUGA:
Salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh PPMH adalah menghibahkan dua kawasan hutan konservasi, yaitu Hutan Larangan Asam Besar seluas 80 hektare dan Hutan Larangan Tamtam seluas 21 hektare. Hutan ini berfungsi sebagai sumber air bersih, tempat perlindungan, serta habitat berbagai flora dan fauna yang masih terjaga keasliannya.
Ketua PPMH, Sandi Priana, mengungkapkan bahwa Perkumpulan Petani Mitra Harapan (PPMH) berlokasi di Desa Asam Besar, Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Organisasi ini didirikan pada tahun 2021 sebagai wadah bagi tiga koperasi dan dua vendor, dengan total 698 petani yang mengelola lahan seluas 3.303,02 hektare.
Sandi menambahkan bahwa kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan telah lama menjadi bagian dari praktik para petani swadaya di PPMH. "Petani memiliki niat baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan serta hutan, bukan sekadar mencari keuntungan dari kelapa sawit," ujar Sandi kepada Agricom.id di Ketapang, Minggu (16/2/2025).
Selain melestarikan hutan, PPMH juga membangun pembibitan untuk 12 ribu bibit pohon, seperti Asam, Ulin, Sengon, dan Durian. Bibit-bibit ini digunakan untuk penghijauan kembali di area hutan, sekitar pemukiman, serta fasilitas umum. Inisiatif ini menunjukkan kesadaran petani terhadap pentingnya menjaga ekosistem yang seimbang.
Keberhasilan petani dalam menerapkan praktik berkelanjutan tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Ketapang aktif mendukung sertifikasi RSPO dan memberikan apresiasi terhadap petani yang menerapkan praktik berkelanjutan. Dengan penghijauan kembali dan pengelolaan yang baik, masyarakat juga mendapatkan manfaat berupa ketersediaan air bersih dan lingkungan yang lebih sehat.
Menurut Kepala Desa (Kades) Air Besar, Agus Purwanto, Pemda Ketapang terus mendukung berbagai inisiatif petani swadaya guna mengatasi isu negatif terkait kelapa sawit berkelanjutan.
"Kerja keras petani swadaya dalam memperoleh sertifikasi RSPO dan mendapatkan harga premium menunjukkan bahwa mereka telah menerapkan praktik sesuai dengan standar keberlanjutan," ujar Agus.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Desa Air Dekakah, Budianto Sikuele, menekankan bahwa upaya penghijauan kembali hutan dan lingkungan sekitar memberikan manfaat besar bagi masyarakat, khususnya dalam menjaga ketersediaan air bersih.
"Kami berharap melalui kunjungan media ini, praktik berkelanjutan yang telah diterapkan oleh petani swadaya anggota PPMH dapat dikenal lebih luas oleh masyarakat," tutup Budianto.
Selain pemerintah, perusahaan kelapa sawit seperti Cargill turut berperan dalam membina petani swadaya. Cargill memberikan pelatihan berkebun sawit berkelanjutan, teknik pemadaman kebakaran hutan, serta dukungan dalam upaya penghijauan. Perusahaan ini juga mendorong lebih banyak petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi RSPO agar praktik berkelanjutan semakin meluas.
Eko Budiyono, Sustainability Manager Cargill, menyampaikan kebanggaannya atas kemitraan dengan PPMH yang telah menunjukkan komitmen dan konsistensi dalam menerapkan praktik perkebunan sawit berkelanjutan.
"Kami mendorong petani swadaya untuk bergabung dalam perkumpulan demi mencapai kesuksesan bersama. Salah satu contoh perkumpulan yang telah memperoleh sertifikasi RSPO adalah PPMH. Kami juga membuka kesempatan bagi perkumpulan petani lain yang ingin dibantu dalam mendapatkan sertifikasi berkelanjutan untuk manfaat jangka panjang," ujar Eko.
Ia menekankan bahwa sertifikasi memainkan peran penting, karena Cargill berkomitmen untuk memastikan seluruh pabriknya tersertifikasi RSPO dan hanya menerima suplai dari petani yang menerapkan praktik berkelanjutan seperti yang dilakukan PPMH. (A3)